Menteri Luar Negeri Turki Hakan Fidan menuduh Zionis Israel merusak prospek perdamaian di Suriah. Ia juga meminta semua pihak di negara yang dilanda perang itu untuk memastikan kohesi etnis dan agama.
Sejumlah kelompok oposisi bersenjata yang dipimpin oleh Hayat Tahrir-al-Sham (HTS) melancarkan serangan mendadak pada akhir November, merebut beberapa kota besar, dan akhirnya merebut ibu kota, Damaskus, pada hari Sabtu (7/12).
Assad dan keluarganya melarikan diri ke Rusia, di mana mereka diberikan suaka. Ankara mendukung beberapa faksi oposisi Suriah yang menggulingkan Assad selama akhir pekan.
Pasukan Zionis Israel kemudian menyerbu Suriah selatan, dengan tujuan menciptakan zona penyangga untuk mencegah serangan teroris, menurut pemerintah Benjamin Netanyahu.
Berbicara di hadapan parlemen Turki pada hari Selasa (10/12), Fidan menyatakan bahwa “Zionis Israel membahayakan proses yang sedang ditempuh rakyat Suriah untuk mencapai perdamaian dan ketenangan.”
Ia mengklaim bahwa “Zionis Israel, yang menghancurkan Gaza, kini mengancam masa depan saudara-saudari kita di Suriah.”
Menurut menteri luar negeri, “Turki sangat mementingkan persatuan, stabilitas, kedaulatan, integritas teritorial, dan kemakmuran nasional Suriah.”
Ankara akan bekerja sama dengan semua pemangku kepentingan regional dan global untuk mencapai tujuan-tujuan ini, imbuhnya.
Berbicara kepada wartawan keesokan harinya, juru bicara Kremlin Dmitry Peskov juga mengatakan bahwa “serangan [dan] tindakan Zionis Israel di dekat Dataran Tinggi Golan sama sekali tidak membantu menstabilkan situasi di Suriah yang sudah tidak stabil.”
Pada hari Selasa, media Zionis Israel mengutip pernyataan Menteri Pertahanan Israel Katz yang mengatakan bahwa Pasukan Pertahanan Israel (IDF) akan membangun “zona pertahanan steril” di Suriah selatan tanpa kehadiran Zionis Israel secara permanen untuk mencegah potensi ancaman teroris.
Segera setelah jatuhnya pemerintahan Assad, pasukan Zionis Israel merebut zona penyangga demiliterisasi yang dibuat sebagai bagian dari perjanjian pelepasan diri tahun 1974 di dekat Dataran Tinggi Golan yang diduduki Israel.
Pada hari Selasa, Times of Israel, mengutip IDF, melaporkan bahwa Angkatan Udara Zionis Israel telah menyerang sekitar 320 target di Suriah sejak Sabtu. Target tersebut dilaporkan termasuk sistem pertahanan udara, depot rudal, pesawat nirawak, helikopter, jet tempur, tank, radar, dan kapal angkatan laut.
Menurut surat kabar tersebut, lebih dari 70% kemampuan militer Damaskus kini telah hancur. Zionis Israel bersikeras bahwa tindakan militer preemptif ini ditujukan untuk mencegah entitas yang bermusuhan, seperti kelompok militan Syiah yang berbasis di Lebanon, Hizbullah, mendapatkan persenjataan canggih.[IT/r]