Oposisi Suriah Melarang Pemakaian Jilbab Secara Paksa
Story Code : 1177418
Hay’at Tahrir al-Sham (HTS) adalah kelompok teroris yang utamanya aktif di Suriah, khususnya di provinsi Idlib yang dikuasai pemberontak.
Dibentuk pada tahun 2017, kelompok ini merupakan aliansi yang didominasi oleh Jabhat Fatah al-Sham, yang sebelumnya berafiliasi dengan al-Qaeda.
Kelompok ini merebut beberapa kota penting pada tanggal 7 dan 8 Desember, yang pada akhirnya menyebabkan jatuhnya rezim Assad setelah 53 tahun memerintah.
Perintah tersebut secara tegas melarang pemaksaan terhadap perempuan untuk mengenakan pakaian tertentu atau mengganggu pilihan busana mereka, menurut surat kabar tersebut, yang menerbitkan rincian pengumuman tersebut.
"Komando Tinggi secara tegas melarang pemaksaan terhadap wanita untuk mengenakan pakaian tertentu atau mengganggu hak mereka untuk memilih busana atau membuat klaim mengenai penampilan mereka," surat kabar tersebut mengutip pernyataan pimpinan oposisi.
Hijab, penutup kepala tradisional dalam budaya Islam yang menutupi rambut, telinga, dan leher, telah menjadi subjek perdebatan di banyak negara Timur Tengah mengenai kebebasan pribadi dan praktik keagamaan.
Dalam langkah paralel yang menyarankan reformasi sosial yang lebih luas, komando oposisi juga mengeluarkan larangan ketat terhadap penganiayaan terhadap pekerja media, termasuk karyawan televisi Suriah, lembaga penyiaran, dan pemilik platform media sosial.
"Setiap ancaman terhadap orang-orang ini dilarang," Al-Watan melaporkan, mengutip pernyataan oposisi.
Kepemimpinan oposisi telah menetapkan hukuman atas pelanggaran arahan ini, dengan pelaku menghadapi hukuman penjara hingga satu tahun.
Langkah-langkah ini dilakukan saat oposisi berupaya membangun otoritasnya dan menentukan pendekatan tata kelolanya di Suriah pasca-Assad, khususnya mengenai kebebasan pribadi dan hak pers.
Dalam pesan selanjutnya dari pasukan oposisi, mereka mengumumkan, 'Kami di sini sekarang untuk membangun Suriah baru yang mengakomodasi semua orang tanpa kecuali.'[IT/r]