Iran akan Memangku Jabatan Presiden Bergilir OPEC untuk Tahun 2025

Menteri Perminyakan Iran Mohsen Paknejad ditunjuk untuk menjadi Presiden blok tersebut pada pertemuan tingkat menteri pada Selasa (10/12) kemarin melalui konferensi video yang diketuai oleh Marcel Abeke selaku menteri perminyakan Gabon dan Presiden konferensi OPEC untuk tahun 2024.

Pertemuan tingkat menteri diadakan dua kali setahun untuk meninjau urusan umum OPEC yang beranggotakan 12 orang dan membahas masalah-masalah internal utamanya.

Paknejad mengatakan dalam pertemuan tersebut bahwa merupakan suatu kehormatan baginya dan Iran sebagai anggota pendiri OPEC untuk memangku jabatan presidennya pada saat organisasi tersebut membutuhkan lebih banyak persatuan untuk menangani isu-isu yang "sensitif dan rumit" di pasar energi global.

Menteri yang telah memimpin industri perminyakan Iran sejak pertengahan musim panas itu mengatakan bahwa ia akan melakukan yang terbaik untuk meningkatkan solidaritas dan kemajuan di OPEC.

Penunjukkan Iran sebagai Presiden OPEC menjadi tanda bahwa Iran masih menjadi pemain utama di blok tersebut meskipun ada sanksi AS berupaya membatasi ekspor minyaknya.

Sanksi tersebut menimbulkan kekhawatiran bahwa Iran mungkin kehilangan posisinya sebagai anggota OPEC yang kuat dan pemasok energi utama di dunia.

Meskipun dampak awal sanksi AS menyebabkan ekspor minyak Iran mencapai titik terendah dalam sejarah pada tahun 2019. Namun sanksi tersebut gagal untuk membatasi pasokan Iran. Seiring berjalannya waktu, Iran mampu secara bertahap merebut kembali posisinya sebagai pemasok terbesar ketiga di OPEC.

Data OPEC terkini menunjukkan bahwa produksi minyak Iran mencapai 3,316 juta barel per hari (bph) pada bulan September sebelum sedikit turun menjadi 3,259 juta bph pada bulan Oktober.

Perkiraan menunjukkan Iran telah mengekspor lebih dari 1,5 juta bph minyak pada tahun lalu. Dengan Tiongkok sebagai pembeli terbesarnya. [IT/G]