0
Tuesday 7 January 2025 - 12:26
Ahlulbait Indonesia:

Ketua Dewan Syura ABI Tekankan Pengabdian, Kemandirian, dan Kiprah Ahlulbait

Story Code : 1182839
Ustadz Husain Syahab, Ketua Dewan Syura Ahlulbait Indonesia (ABI)
Ustadz Husain Syahab, Ketua Dewan Syura Ahlulbait Indonesia (ABI)
Dalam sambutannya, Ustadz Husain mengajak para pengurus baru untuk merefleksikan pesan mendalam dari surat Imam Ali a.s. kepada Malik Al-Asytar yang sarat dengan prinsip-prinsip kepemimpinan dan kemanusiaan.

Mengawali pidatonya, Ustadz Husain mengutip surat tersebut: “Manusia terdiri atas dua golongan; saudara dalam agama atau saudara dalam penciptaan (Annas sinfaani: akhun laka fi ad-din au nadhiirun laka fil-khalq).” Ia menjelaskan bahwa pesan ini relevan sebagai panduan untuk memperlakukan masyarakat secara adil dan manusiawi.

Menurut Ustadz Husain, surat Imam Ali itu telah menjadi rujukan tokoh-tokoh dunia dalam menjalankan tugas kepemimpinan. Ia menyebut Perdana Menteri Malaysia Anwar Ibrahim yang secara resmi meminta jajaran pemerintahannya mempelajari isi surat tersebut. Bahkan, di Indonesia, Tri Sutrisno semasa menjabat Wakil Presiden juga mendorong kajian atas surat ini. Ustadz Husain mengimbau seluruh pengurus ABI untuk menghayati dan menerapkan nilai-nilai yang terkandung di dalamnya.

Misi Pengabdian ABI untuk Internal dan Eksternal
Ustadz Husain menegaskan pentingnya pengabdian ABI kepada dua kelompok utama: komunitas internal Ahlulbait dan masyarakat Indonesia secara luas. “Pengabdian kepada komunitas internal berarti memperkuat solidaritas dan pemberdayaan internal, sementara pengabdian eksternal mengharuskan kita memberikan kontribusi nyata kepada bangsa,” ujarnya.

Ia mengingatkan bahwa organisasi Ahlulbait lainnya seperti IJABI (Ikatan Jamaah Ahlulbait Indonesia) juga memiliki visi serupa, sehingga kolaborasi strategis sangat diperlukan untuk mewujudkan kebermanfaatan bagi bangsa. Dengan mengusung prinsip “Think globally, act locally” (Berpikir global, bertindak lokal), ABI diharapkan dapat berperan aktif sebagai agen perubahan.

ABI sebagai “Dokter” Umat
Mengambil inspirasi dari misi kenabian, Ustadz Husain menyebut Nabi Muhammad SAW sebagai ‘thabibu dawwar’ (seorang dokter yang berkeliling dengan keahliannya untuk mengobati masyarakat) yang selalu hadir di tengah umat untuk mengatasi berbagai problem permasalahan umat. Nabi SAW mendatangi umat, bukan umat yang mendatangi Nabi. Ia mengajak seluruh elemen ABI—DPP, DPW, DPD, Muslimah ABI, dan Pandu ABI—untuk mengambil peran serupa sebagai penyembuh bagi umat dan komunitas Ahlulbait di Indonesia.

Tantangan Marginalisasi Komunitas Ahlulbait
Dalam analisisnya, Ustadz Husain menyoroti realitas bahwa komunitas Ahlulbait di Indonesia sekarang ini justru menghadapi marginalisasi, baik secara internal maupun eksternal. “Marginalisasi internal sering kali disebabkan oleh kurangnya kepercayaan diri dan malu sebagai pengikut Ahlulbait, bahkan di kalangan para ustadz dan aktivisnya. Malu dan minder menyebut dirinya sebagai Syiah. Sementara marginalisasi eksternal diperparah oleh serangan masif kelompok takfiri,” paparnya.

Ia kemudian mengenang semangat kebanggaan yang pernah dirasakan pengikut Syiah pasca-Revolusi Islam Iran 1979. Saat itu, masyarakat Syiah bangga membawa foto Ayatullah Khomeini, membaca buku-buku Syahid Muthahhari dan Ali Syariati, serta menyuarakan identitas mereka tanpa khawatir. Namun, menurutnya, kondisi ini mulai terkikis akibat berbagai tekanan, baik internal maupun eksternal.

Fokus pada Kemandirian Ekonomi
Selain aspek sosial, Ustadz Husain menekankan pentingnya kemandirian ekonomi bagi komunitas Ahlulbait. “Ketergantungan pada segelintir orang yang menguasai ekonomi merupakan tantangan besar yang harus diatasi. ABI harus menjadikan kemandirian ekonomi sebagai prioritas kerja ke depan,” tegasnya.

Pentingnya Kecepatan dan Kolaborasi
Mengutip pernyataan Ibnu Abil Hadid Muktazili dalam syarah kitab Nahjul Balaghah, Ustadz Husain menekankan bahwa meskipun Imam Ali dan Ahlulbait kerap diserang oleh musuh, nama mereka tetap abadi dan menjadi inspirasi. Namun, ia menyayangkan bahwa komunitas Syiah di Indonesia dan Asia sering kali memilih diam dan tersembunyi.

“Jika ABI tidak bergerak cepat dan mengambil peran strategis, maka tidak akan ada perubahan besar. Langkah kita harus lebih cepat dan terkoordinasi agar kiprah Ahlulbait di Indonesia lebih terlihat dan berdampak,” jelasnya.

Ia menutup pidatonya dengan mengajak seluruh pengurus ABI dan Dewan Syura untuk terus berkomunikasi dan bekerja sama dalam melayani umat. “Sebagaimana Imam Ali a.s. yang tidak pernah berhenti mengirimkan surat kepada para gubernurnya, bahkan kepada Muawiyah, kita juga harus menjaga komunikasi intens untuk kebaikan umat dan Islam.”

Harapan ke Depan
Acara ini tidak hanya menjadi momen pelantikan, tetapi juga tonggak awal bagi pengurus baru DPP ABI untuk menjalankan amanah dengan dedikasi tinggi. Seluruh elemen ABI diharapkan mampu memperkuat langkah strategis dalam pengabdian kepada umat, kemandirian ekonomi, dan kontribusi nyata bagi bangsa Indonesia. [IT/s]
 
 
Comment