Qatar Menepis Rumor Ekspor Gas ke Eropa Melalui Suriah dan Turki
Story Code : 1183077
Laporan yang menunjukkan potensi Qatar untuk mengekspor gas alamnya ke Eropa melalui Suriah dan Turki hanyalah rumor belaka, kata juru bicara Kementerian Luar Negeri Qatar Majed bin Mohammed al-Ansari.
"Kita semua telah melihat spekulasi di media tentang jaringan pipa gas ini. Itu tidak lain hanyalah spekulasi media," katanya ketika ditanya oleh TASS tentang prospek pembangunan jaringan pipa melalui Suriah dan Turki untuk memasok gas alam ke Eropa.
"Kami di Qatar bertekad untuk mendukung rakyat Suriah dalam hal bantuan kemanusiaan dan teknis, seperti halnya dengan Bandara Internasional Damaskus, dan juga membahas semua jenis bantuan teknis [untuk membangun kembali] infrastruktur," tambah al-Ansari, yang juga menjabat sebagai penasihat perdana menteri.
"Pada tingkat ekonomi, sejauh menyangkut pasokan gas, kami tidak dapat mengatakan apa pun tentang masalah ini." Ia lebih lanjut mencatat bahwa prioritas Qatar tetap menjaga stabilitas di Suriah dan memenuhi kebutuhan rakyatnya.
Ide jaringan pipa Qatar-Turki telah dibahas sejak 2009, tetapi menurut Ankara, implementasinya menghadapi pertentangan dari pemerintah Suriah sebelumnya.
Pada tanggal 4 Januari, Menteri Energi Turki Alparslan Bayraktar menyatakan bahwa gas Qatar berpotensi mencapai Eropa melalui Turki, asalkan sistem transportasi yang aman dibangun di Suriah dan kawasan tersebut mencapai stabilitas.
Sebagai pemegang cadangan gas alam terbesar ketiga di dunia dan produsen terbesar keenam, Qatar memainkan peran penting dalam pasar energi global.
Menurut Forum Negara-negara Pengekspor Gas, Qatar menjadi pengekspor gas alam cair terbesar ketiga pada bulan November 2024, hanya di belakang Amerika Serikat dan Australia.
Qatar dan Turki akan memasok Suriah dengan kapal pembangkit listrik
Dalam konteks terkait, Kantor Berita Arab Suriah (SANA) milik negara melaporkan pada hari Selasa (7/1) bahwa Suriah akan menerima dua kapal pembangkit listrik dari Turki dan Qatar untuk mengatasi kekurangan energi yang parah yang disebabkan oleh kerusakan infrastruktur yang luas selama masa jabatan Presiden Bashar al-Assad.
Khaled Abu Dai, direktur jenderal Badan Umum untuk Transmisi dan Distribusi Listrik, mengatakan kepada SANA bahwa kapal-kapal tersebut akan menghasilkan listrik gabungan sebesar 800 megawatt, tetapi tidak menyebutkan durasi penempatannya.
"Tingkat kerusakan pada stasiun pembangkit dan transformasi serta jalur sambungan listrik selama periode rezim sebelumnya sangat besar. Kami berupaya merehabilitasi (mereka) untuk mentransmisikan energi," kata Abu Dai.
Namun, ia tidak menyebutkan kapan kapal-kapal tersebut akan tiba di Suriah. Amerika Serikat mengumumkan pada hari Senin pengecualian sanksi selama enam bulan untuk transaksi dengan lembaga pemerintahan Suriah setelah penggulingan al-Assad, yang bertujuan untuk memfasilitasi bantuan kemanusiaan.
Pengecualian tersebut, yang berlaku hingga 7 Juli, mengizinkan transaksi terkait energi tertentu dan pengiriman uang pribadi ke Suriah tetapi tidak mencabut sanksi yang ada.
Suriah terus menghadapi kekurangan listrik yang parah, dengan listrik negara hanya tersedia selama dua hingga tiga jam setiap hari di sebagian besar wilayah.
Pemerintah sementara telah berjanji untuk meningkatkan pasokan listrik hingga delapan jam sehari dalam waktu dua bulan.[IT/r]