Zarif: Kami akan Tentukan Bagaimana Trump akan Berinteraksi dengan Kami
Story Code : 1183261
Dalam wawancara dengan surat kabar Iran, Zarif yang notabene adalah diplomat terlibat langsung dalam perundingan nuklir pada tahun 2015 dengan kekuatan global, berbicara terus terang tentang kebijakan dalam dan luar negeri Iran di bawah Presiden Masoud Pezeshkian dan tantangan yang dihadapi pemerintahan baru di dalam dan luar negeri.
Zarif menekankan perlunya dialog dan persatuan nasional serta pendekatan yang seimbang terhadap hubungan internasional, khususnya dalam konteks dinamika AS-Iran di bawah pemerintahan kedua Trump.
Zarif menggambarkan Trump sebagai seorang yang sangat agresif terhadap Iran yang secara sepihak menarik AS dari JCPOA dalam masa jabatan pertamanya, sebagai politisi "egois" yang temperamennya tidak diharapkan berubah selama masa jabatan keduanya di Gedung Putih.
Zarif mengatakan dia yakin Trump akan menjadi presiden yang "sangat berkuasa", karena dia berhasil mendapatkan dukungan dari sebagian besar masyarakat Amerika, kedua majelis Kongres, hakim Mahkamah Agung, dan mayoritas negara bagian AS.
Kembalinya Trump ke Gedung Putih telah menimbulkan kekhawatiran di beberapa kalangan di Iran bahwa dia akan menepati janjinya untuk menghidupkan kembali kebijakan khasnya terhadap Iran—kampanye tekanan maksimum, yang ditandai dengan sanksi kejam dan isolasi diplomatik—atau, lebih buruk lagi, bahwa dia mungkin akan mengambil tindakan militer terhadap Iran.
Namun, Zarif mengatakan dia tidak yakin Trump cenderung memilih opsi berperang dengan Iran. "Karakter pribadinya penting, tetapi menurut pendapat saya, Iran adalah aktor yang lebih signifikan. Itu berarti kitalah yang akan menentukan bagaimana Trump akan berurusan dengan kita," ujarnya.
Zarif mencatat bahwa Iran tetap menjadi pemain yang kuat di Kawasan, yang tidak dapat diabaikan oleh Amerika Serikat dalam masalah-masalah regional. "Tanpa Iran, tidak ada masalah di Kawasan yang akan terpecahkan," tegasnya.
Zarif membela kesepakatan nuklir bertajuk Rencana Aksi Komprehensif Bersama (JCPOA), dengan menggambarkan perjanjian nuklir tersebut sebagai salah satu pencapaian terbesar kebijakan luar negeri Iran.
Ia mengkritik mereka yang mengharapkan hasil langsung dari kesepakatan tersebut, dengan alasan bahwa hal itu akan selalu menjadi proses jangka panjang. "Kita mengubah kemenangan menjadi kegagalan berdasarkan ekspektasi yang cepat," katanya.
Zarif menyatakan penentangan keras terhadap wacana pengubahan doktrin nuklir Iran di tengah ketegangan dengan AS dan Israel. Ia menegaskan bahwa kebijakan nasional harus mencerminkan konsensus kolektif di negara tersebut, bukan pendapat individu.
Menyinggung pesan Presiden Pezeshkian tentang persatuan nasional, Zarif mengatakan konsep tersebut tidak hanya berlaku untuk menciptakan konsensus dalam pemerintahan, melainkan juga guna menyerukan dialog yang bertujuan untuk mencapai pemahaman bersama di seluruh negeri.
“Misalnya, jika kita ingin terlibat dengan dunia, kita tidak boleh berharap bahwa begitu kesepakatan tercapai, masalah akan terpecahkan dalam semalam,” ujarnya. “kita tidak boleh mengatakan kesepakatan tersebut gagal,” tambahnya.
Zarif lebih lanjut memperingatkan terhadap mentalitas permainan zero-sum dalam politik dan dalam berurusan dengan dunia. “Jika kita memasuki permainan sistem gugur di dunia, kitalah yang akan tersingkir. Oleh karena itu, kita harus menerima kenyataan bahwa permainan sistem gugur bukanlah permainan kita,” katanya. [IT/G]