Riyadh: Tidak Ada Hubungan dengan 'Israel' Tanpa Pengakuan Negara Palestina
Story Code : 1114676
Arab Saudi akan menjalin hubungan diplomatik dengan Zionis Israel hanya jika negara Palestina diakui dalam perbatasannya tahun 1967 dengan bagian timur al-Quds sebagai ibu kotanya dan agresi di Jalur Gaza diakhiri, kata Kementerian Luar Negeri Saudi pada Rabu (7/2).
Pada hari Selasa, Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken mengatakan bahwa normalisasi hubungan antara Arab Saudi dan Zionis “Israel” akan bergantung pada berakhirnya perang di Jalur Gaza dan jalan yang jelas untuk mendirikan negara Palestina. Sebelumnya, ia bertemu dengan Putra Mahkota Saudi Mohammad bin Salman di Riyadh.
“Kerajaan telah mengomunikasikan sikap tegasnya kepada pemerintah AS bahwa tidak akan ada hubungan diplomatik dengan Zionis Israel kecuali negara Palestina merdeka diakui berdasarkan perbatasan tahun 1967 dengan Yerusalem Timur sebagai ibu kotanya, dan bahwa agresi Israel di Jalur Gaza dihentikan dan semua pasukan pendudukan Zionis Israel mundur dari Jalur Gaza,” kata Kementerian dalam sebuah pernyataan.
Pernyataan Kementerian Luar Negeri mengenai diskusi antara Kerajaan Arab Saudi dan Amerika Serikat mengenai proses perdamaian Arab-Zionis Israel. pic.twitter.com/UBWc30iv1V
— Kementerian Luar Negeri Arab Saudi (@KSAmofaEN) 7 Februari 2024
Penting bagi “rakyat Palestina untuk mendapatkan hak-hak mereka yang sah,” tegas kementerian tersebut, seraya menambahkan bahwa pihaknya meminta anggota tetap Dewan Keamanan PBB untuk mengakui Negara Palestina.
Para komentator Israel dengan cepat menafsirkan pernyataan itu sebagai "mencerminkan kemarahan Saudi" atas pernyataan yang dibuat sebelumnya oleh John Kirby, juru bicara Dewan Keamanan Nasional AS.
Dalam konferensi pers awal pekan ini, Kirby menyinggung pembicaraan normalisasi antara Riyadh dan Tel Aviv sebelum Operasi Banjir Al-Aqsa pada 7 Oktober, dan menyebutkan bahwa AS telah menerima “umpan balik positif” dari kedua belah pihak.
Hal ini terjadi tak lama setelah Menteri Luar Negeri Saudi Pangeran Faisal bin Farhan menyatakan kepada CNN bahwa Riyadh tidak akan mengakui Zionis "Israel" atau berkontribusi pada pembangunan kembali Jalur Gaza kecuali ada rencana yang kredibel untuk pembentukan negara Palestina.
Pada hari Selasa (6/2), Blinken mengatakan bahwa bin Salman menegaskan kembali minatnya untuk menjalin hubungan dengan “Israel” tetapi menginginkan diakhirinya perang di Gaza.
“Khususnya sehubungan dengan normalisasi, putra mahkota menegaskan kembali minat kuat Arab Saudi untuk mewujudkan hal itu,” kata Blinken kepada wartawan di Doha sehari setelah pertemuan mereka di Riyadh.[IT/r]