0
Thursday 21 April 2022 - 14:42

Presiden China Mendesak Penyelesaian Sengketa dan Menentang Sanksi

Story Code : 990283
Presiden China Mendesak Penyelesaian Sengketa dan Menentang Sanksi
Komentar Xi dalam pidato yang disiarkan televisi ke forum internasional hari ini di provinsi pulau selatan Hainan menandai upaya terbaru China untuk menggambarkan pendekatan terhadap perang Rusia-Ukraina.

Beijing telah mendukung Moskow, menolak menyebut konflik itu sebagai invasi dan mengatakan Rusia diprovokasi oleh ekspansi NATO.

Meskipun demikian, Kantor Berita resmi Xinhua mengutip Xi yang mengatakan bahwa China tetap “berkomitmen untuk menghormati kedaulatan dan integritas teritorial semua negara, menjunjung tinggi non-intervensi dalam urusan dalam negeri, dan menghormati pilihan jalur pembangunan dan sistem sosial yang independen yang dibuat oleh rakyat di berbagai negara.

“Kami tetap berkomitmen untuk secara damai menyelesaikan perbedaan dan perselisihan antar negara melalui dialog dan konsultasi, mendukung semua upaya yang kondusif untuk penyelesaian krisis secara damai, menolak standar ganda, dan menentang penggunaan sanksi sepihak dan yurisdiksi lengan panjang yang sewenang-wenang,” kata Xi seperti dilaporkan Xinhua.

China telah abstain atau memberi suara seperti Rusia pada proposal baru-baru ini yang diajukan ke PBB.

Xi bertemu dengan Putin di Beijing kurang dari sebulan sebelum Rusia meluncurkan pada 24 Februari apa yang disebutnya "operasi khusus", dengan kedua belah pihak mengeluarkan pernyataan bersama yang menegaskan hubungan "tanpa batas" mereka.

China telah mempertahankan dukungannya untuk Moskow dan mengatakan mempertahankan hubungan ekonominya meski berbagai sanksi ekonomi telah 
ditetapkan.

China juga diyakini sedang mempelajari krisis Ukraina untuk mengetahui bagaimana hal itu nantinya dapat mempengaruhi kebijakan terhadap Taiwan. Taiwan dan China berpisah dalam perang saudara pada tahun 1949, tetapi China mengklaim pulau itu sebagai wilayahnya sendiri.

Menteri Pertahanan AS Lloyd Austin pada hari Rabu berbicara dengan rekannya dari China untuk pertama kalinya sejak menjadi kepala Pentagon lebih dari setahun lalu, memecahkan kebuntuan komunikasi yang menurut para pejabat Amerika semakin berbahaya.

Austin, yang menyebut China sebagai tantangan jangka panjang utama militer AS tetapi militer AS terpaksa sangat fokus pada Rusia tahun ini, meminta percakapan telepon dengan Jenderal Wei Fenghe setelah berbulan-bulan upaya gagal untuk berbicara dengan Jenderal Xu Qiliang, peringkat tertinggi pejabat dalam struktur militer Partai Komunis.
[IT/AR]
Comment