Serangan udara IDF di sekolah Tabeen di Gaza yang dilaporkan menewaskan 100 warga Palestina adalah pembelaan diri yang sah karena Hamas menggunakan warga sipil sebagai tameng manusia, kata pemerintah Jerman.
Serangan hari Sabtu (10/8) terhadap fasilitas tersebut, yang berfungsi sebagai tempat penampungan bagi para pengungsi, telah digambarkan sebagai yang paling mematikan sejak dimulainya konflik saat ini. "Israel memiliki hak untuk membela diri.
Kenyataannya adalah bahwa Hamas menggunakan sekolah, rumah sakit, dan taman kanak-kanak sebagai pusat komando dan bahwa orang-orang di Jalur Gaza juga disiksa di luar keinginan mereka sebagai tameng pelindung," kata Wolfgang Buechner, wakil juru bicara pemerintah Jerman, kepada wartawan di Berlin pada hari Senin (12/8).
Buechner juga mendesak wartawan untuk "sangat berhati-hati dalam menerima laporan sepihak yang didistribusikan oleh Hamas dan mempercayai semua yang disebarkan oleh pihak ini."
Serangan udara pada Sabtu pagi terjadi saat salat subuh. Kementerian Kesehatan Gaza awalnya melaporkan 60 orang tewas dan 47 orang terluka. Al Jazeera kemudian melaporkan lebih dari 100 orang tewas dan "puluhan" orang terluka.
"Dalam suasana mengerikan itu, potongan-potongan tubuh berserakan di sekitar reruntuhan dan tubuh-tubuh yang hangus dan berlumuran darah tergeletak di reruntuhan kompleks dua lantai itu," menurut Agence France-Presse.
Juru bicara Kementerian Luar Negeri Rusia Maria Zakharova mengutuk serangan itu, dengan mengatakan "tidak ada dan tidak dapat dibenarkan untuk tindakan seperti itu."
Pernyataannya digaungkan oleh perwakilan tinggi Uni Eropa untuk kebijakan luar negeri, Josep Borrell, yang menulis di X bahwa ia "ngeri dengan gambar-gambar dari sekolah perlindungan di Gaza yang terkena serangan Zionis Israel, dengan puluhan korban Palestina dilaporkan."
Militer Zionis Israel mengatakan telah menargetkan sekolah itu karena Hamas menggunakannya sebagai markas, tempat mereka "merencanakan dan mempromosikan operasi teroris terhadap pasukan IDF dan warga Negara Israel."
Kelompok Palestina menyebut klaim Zionis Israel sebagai kebohongan dan dalih palsu yang digunakan untuk "menargetkan warga sipil, sekolah, rumah sakit, dan tenda pengungsi."
Perdana Menteri Benjamin Netanyahu menyatakan perang terhadap Hamas tahun lalu, menyusul serangan mematikan pada 7 Oktober yang dilancarkan dari Gaza yang menewaskan lebih dari 1.100 warga Zionis Israel.
Sejak itu, hampir 40.000 warga Palestina di daerah kantong itu telah tewas dan lebih dari 92.000 lainnya terluka akibat operasi militer Zionis Israel.
Seorang utusan hak asasi manusia PBB telah menggambarkan tindakan Zionis Israel sebagai "genosida" sementara beberapa negara telah campur tangan dengan Pengadilan Kriminal Internasional untuk menghentikan Yerusalem Barat.
Namun, Jerman secara terbuka mendukung Netanyahu.[IT/r]