0
Saturday 30 April 2022 - 02:59
China - AS:

China Sebutkan Tujuan AS di Ukraina

Story Code : 991854
China Sebutkan Tujuan AS di Ukraina
Washington ingin konflik berlarut-larut dan melemahkan Rusia, klaim Beijing

“Sementara komunitas internasional menyerukan diakhirinya permusuhan, AS terus menambahkan bahan bakar ke api dan menunjukkan kesiapan untuk berperang sampai Ukraina terakhir,” tegas Zhao, mengacu pada bantuan keuangan yang sedang berlangsung dan pengiriman senjata dari Washington ke Kiev.

“Tujuan mereka sebenarnya bukan untuk mencapai perdamaian, tetapi memastikan konflik terus berlanjut. Seperti yang [Amerika] katakan sendiri, mereka ingin melemahkan Rusia,” katanya.

“Mengenai apakah AS membawa perdamaian atau perang, keamanan atau kekacauan – saya kira kita semua tahu jawaban atas pertanyaan-pertanyaan itu,” tambah juru bicara itu.

Awal pekan ini, Menteri Pertahanan AS Lloyd Austin mengakui bahwa, dengan membantu Kiev, Washington ingin melihat “Rusia melemah hingga tidak dapat melakukan hal-hal seperti yang telah dilakukannya dalam menginvasi Ukraina.”

Pada hari Kamis (28/4), Presiden AS Joe Biden meminta Kongres untuk tambahan $33 miliar dalam pendanaan untuk menopang Ukraina dalam konflik yang sedang berlangsung dengan Rusia.

Pada hari yang sama, anggota parlemen AS memberikan suara dalam skema pinjam-sewa untuk Kiev. Jika disetujui oleh Presiden Joe Biden, akan lebih mudah bagi Washington untuk mengirim senjata ke Ukraina, tetapi negara itu pada akhirnya harus membayar pengiriman itu. Moskow telah memperingatkan bahwa langkah itu bisa membuat Ukraina jatuh ke dalam lubang utang yang akan mempengaruhi bangsa selama beberapa generasi.

Peristiwa di Ukraina telah menambah lebih banyak ketegangan pada hubungan antara Washington dan Beijing. Terlepas dari semua upayanya, pemerintahan Biden tidak dapat menekan China untuk mengutuk Rusia dan bergabung dengan sanksi internasional terhadapnya.

Beijing telah menyerukan perdamaian di Ukraina, tetapi menyalahkan pecahnya konflik di AS dan dorongannya untuk memperluas NATO dekat dengan perbatasan Rusia.

Rusia mengirim pasukannya ke Ukraina pada akhir Februari, menyusul kegagalan Kiev untuk menerapkan persyaratan perjanjian Minsk, yang pertama kali ditandatangani pada 2014, dan pengakuan akhirnya Moskow atas republik Donbass di Donetsk dan Lugansk. Protokol Minsk yang ditengahi Jerman dan Perancis dirancang untuk memberikan status khusus kepada daerah-daerah yang memisahkan diri di dalam negara Ukraina.

Kremlin sejak itu menuntut agar Ukraina secara resmi menyatakan dirinya sebagai negara netral yang tidak akan pernah bergabung dengan NATO. Kiev menegaskan serangan Rusia benar-benar tidak beralasan dan telah membantah klaim bahwa pihaknya berencana untuk merebut kembali kedua republik dengan paksa.[IT/r]
Comment