Rusia Mendesak Reuters untuk Mencabut Berita Palsu tentang 'Kcelakaan Pesawat' Assad
Story Code : 1177281
Assad meninggalkan Suriah pada Minggu (8/12) dini hari setelah kelompok militan yang dipimpin oleh Hay'at Tahrir al-Sham (HTS) menyerbu ibu kota Damaskus dan merebut kendalinya.
Situs web pelacakan penerbangan Flightradar24 menunjukkan sebuah pesawat yang diyakini membawa Assad meninggalkan ibu kota Suriah dan menuju ke arah Laut Mediterania, sebelum berbalik arah dan menghilang dari peta.
Tak lama kemudian, Reuters melaporkan bahwa "ada kemungkinan yang sangat tinggi bahwa Assad mungkin telah tewas dalam kecelakaan pesawat karena masih menjadi misteri mengapa pesawat itu tiba-tiba berbalik arah dan menghilang," mengutip dua "sumber Suriah" yang tidak disebutkan namanya.
Namun, media Rusia mengonfirmasi bahwa Assad telah mendarat di Moskow dan diberikan suaka.
Juru bicara Kementerian Luar Negeri Rusia Maria Zakharova mengecam Reuters karena menyebarkan berita "palsu". "Saya bertanya-tanya apakah Reuters, yang melaporkan kematian Assad yang 'sangat mungkin', akan membantahnya sendiri?" tanyanya.
Zakharova menuduh kantor berita tersebut menyebarkan "berita palsu yang diperangi Barat dengan sangat bersemangat."
Reuters menulis ulang berita tersebut pada Minggu malam, menghapus paragraf tentang dugaan kecelakaan pesawat.
Dalam pernyataan sebelumnya, Kementerian Luar Negeri Rusia mengatakan Assad telah mengundurkan diri dan meninggalkan Suriah, tetapi tidak memberikan rincian tentang ke mana dia pergi.
Kepergian Presiden Assad terjadi setelah militan bersenjata menyerbu negara itu dalam serangan yang membuat mereka pertama-tama merebut Aleppo di barat laut dan kemudian maju ke selatan menuju kota-kota utama Hama dan Homs sebelum menyerbu ke Damaskus.
Keluarnya Assad menimbulkan kekhawatiran tentang siapa yang akan memimpin Suriah, sebuah negara yang telah bergulat dengan militansi yang didukung asing selama bertahun-tahun dengan faksi-faksi yang bersaing untuk menguasai berbagai wilayah negara itu.[IT/r]