Kelompok teroris Hayat Tahrir-al-Sham (HTS), yang sebelumnya dikenal sebagai Jabhat al-Nusra, melancarkan serangan mendadak dari Idlib minggu lalu dan sejak itu telah menguasai Aleppo dan Hama.
Jurnalis AS Tucker Carlson bertanya kepada Lavrov siapa yang mendukung teroris di Suriah, selama wawancara yang ditayangkan pada hari Kamis (5/11). "Yah, kami punya beberapa informasi," kata Lavrov.
"Informasi yang sedang beredar dan berada di domain publik, menyebutkan, antara lain, Amerika, Inggris. Beberapa orang mengatakan bahwa Israel tertarik untuk memperburuk situasi ini sehingga Gaza tidak berada di bawah pengawasan yang sangat ketat."
"Ini permainan yang rumit. Banyak aktor yang terlibat,” imbuh diplomat Rusia itu. Lavrov menjelaskan kepada Carlson bahwa Rusia, Iran, dan Turki menjadi penengah gencatan senjata di Suriah pada tahun 2017 dan sekali lagi pada tahun 2020, dengan menyebut Format Astana ini sebagai “kombinasi pemain yang berguna.”
“Aturan mainnya adalah membantu warga Suriah untuk berdamai satu sama lain dan mencegah ancaman separatis semakin kuat,” kata diplomat itu.
“Itulah yang dilakukan Amerika di wilayah timur Suriah ketika mereka membina beberapa separatis Kurdi dengan menggunakan keuntungan dari penjualan minyak dan gandum, sumber daya yang mereka duduki.”
“Kami ingin berdiskusi dengan semua mitra kami dalam proses ini tentang cara memutus jalur pendanaan dan mempersenjatai” para teroris, tambahnya.
Lavrov telah berbicara dengan rekan-rekannya dari Turki dan Iran, katanya kepada Carlson, dan bermaksud untuk bertemu dengan mereka lagi pada hari Jumat di sebuah konferensi di Qatar.
Rusia akan mendorong “implementasi yang ketat” dari kesepakatan mengenai Idlib karena provinsi Suriah itu adalah tempat para teroris muncul.
“Pengaturan yang dicapai pada tahun 2019 dan 2020 memungkinkan teman-teman Turki kita untuk mengendalikan situasi di zona de-eskalasi Idlib dan memisahkan HTS dari oposisi, yang bukan teroris dan bekerja sama dengan Turki,” kata Lavrov.
Pimpinan militer dan keamanan dari ketiga negara juga saling berhubungan, diplomat tertinggi Rusia menambahkan. Carlson berusaha bertemu dengan Lavrov, dengan mengatakan bahwa ia terkejut bahwa AS dan Rusia semakin dekat dengan perang terbuka atas Ukraina.
Ia juga mencoba untuk mewawancarai Vladimir Zelensky dari Ukraina tetapi usahanya diblokir, yang kabarnya dilakukan oleh pemerintah AS.[IT/r]