Membalas Darah Sayyid Nasrallah Memerlukan Kemenangan Palestina
Story Code : 1163563
Para pencinta Sayyid Nasrallah berduka atas hilangnya pemimpin dan pembimbingnya; namun, iman dan kesabaran mereka membantu mereka untuk menerima kehendak Tuhan yang Kudus dan melangkah ke tahap pentahbisan tujuan para martir besar dalam kerangka umum yang harus diikuti.
Pertanyaan utama yang muncul setelah pembantaian Zionis difokuskan pada cara membalas dendam atas darah Sayyid Nasrallah.
Politisi Lebanon, Nasser Kandil, mengatakan kepada Al-Manar TV bahwa membalas dendam atas darah Sayyid Nasrallah memerlukan upaya untuk mencapai kemenangan di Palestina melalui pemberantasan entitas pendudukan.
Kandil menekankan, dalam sebuah wawancara dengan Resistance Channel, bahwa mematuhi persyaratan untuk mencapai kemenangan jauh lebih penting daripada memberikan pukulan keras untuk membalas dendam secara emosional. Pemimpin redaksi surat kabar Al-Binaa menyerukan untuk menjaga kepercayaan pada perlawanan dan pilihan-pilihannya yang ditetapkan oleh pemimpin yang syahid itu, menggarisbawahi kesetiaan kepada Perlawanan sesuai dengan ajaran Sayyid Nasrallah.
Wakil Sekjen Sheikh Naim Qassem meyakinkan pada hari Senin (30/9) bahwa kelompok perlawanan Lebanon cukup kuat dan siap untuk semua skenario, seraya menambahkan bahwa Hizbullah akan melanjutkan tujuan dan pertempurannya.
Dalam hal ini, Kandil mengindikasikan bahwa semua serangan udara Israel dan konsekuensinya akan gagal mencapai tujuan musuh mana pun, termasuk kembalinya para pemukim utara ke rumah-rumah mereka.
Iran dan perang regional
Politisi Lebanon itu menegaskan bahwa perjuangan Palestina membutuhkan operasi kelompok-kelompok perlawanan yang bebas dari semua pertimbangan negara, dengan menjelaskan bahwa perang negara selalu mengarah pada kompromi yang menunda kemenangan akhir.
Kelompok perlawanan dapat menimbulkan kerugian yang terus bertambah pada musuh tanpa melibatkan negara-negara regional dalam perang yang menghancurkan, katanya, mengingat gagasan Sayyid Nasrallah tentang meraih kemenangan melalui mencetak gol-gol beruntun, bukan dengan bertempur mati-matian.
Kandil mencatat bahwa Hizbullah memiliki keuntungan perbatasan dengan menembakkan rudal-rudal berat dari jarak pendek dan dalam waktu yang sangat terbatas, dan tidak membutuhkan bantuan Iran untuk menghancurkan Tel Aviv.
Hubungan antara Iran dan Hizbullah tidak didasarkan pada perbudakan, kata Kandil, menyebutkan contoh-contoh di mana Teheran menolak untuk membuat kesepakatan apa pun dengan Amerika Serikat dengan mengorbankan kelompok perlawanan Lebanon.
Kandil menyerukan untuk mempercayai perlawanan dan pilihan-pilihannya yang ditetapkan oleh pemimpin yang syahid Sayyid Nasrallah, mengejek semua upaya media yang jahat untuk menyebabkan pertikaian dan hasutan di antara komponen-komponen poros perlawanan.[IT/r]