Mantan PM Israel Olmert Meminta Para Pejabat untuk Mengundurkan Diri Jika Perundingan Gencatan Senjata Gaza Gagal
Story Code : 1155962
Berbicara kepada surat kabar Zionis Israel Haaretz, ia mengkritik keras perdana menteri rezim Zionis Israel, Benjamin Netanyahu, atas kegagalan kesepakatan dan meminta para pejabat untuk mengambil tindakan. “Saya meminta menteri urusan militer Yoav Gallant, Kepala Staf Herzi Halevi, kepala Shin Bet Ronen Bar, dan kepala Mossad David Barnea untuk mengumumkan pengunduran diri mereka segera bersama-sama jika Netanyahu menggagalkan perundingan mengenai kesepakatan tersebut dalam beberapa hari mendatang,” kata Olmert.
“Mereka harus mengadakan konferensi pers bersama di mana mereka memberi tahu publik bahwa mereka telah mencapai kesimpulan bahwa mereka tidak dapat melayani kepentingan moral, keamanan, militer, dan politik Zionis Israel mengingat apa yang mereka lihat, dengar, dan alami setiap hari dalam sesi tertutup dari perdana menteri dan menteri-menterinya yang setia,” tambahnya.
Olmert juga mengatakan bahwa pejabat yang disebutkan namanya yang tetap menjabat meskipun tahu bahwa Netanyahu “membahayakan perdamaian, keamanan, dan stabilitas [Israel]” akan semakin membahayakan rezim tersebut.
Ia mencatat bahwa Netanyahu tidak menginginkan kembalinya tawanan Israel yang ditahan di Gaza sejak 7 Oktober, dan menegaskan kembali bahwa tanpa kepulangan mereka, tidak ada kemungkinan nyata perang di wilayah pesisir yang terkepung itu akan berakhir.
“Singkatnya, Bibi [Netanyahu] akan dipaksa untuk memilih antara menyerahkan kemenangan mutlak dan melanjutkan perang serta memperluasnya menjadi konfrontasi komprehensif di berbagai bidang, tanpa jadwal yang masuk akal untuk mengakhirinya,” kata Olmert.
“Pilihannya adalah antara apa yang baik untuk Zionis Israel dan apa yang baik untuk Bibi,” imbuhnya, seraya menyoroti bahwa semakin lama perang berlangsung, semakin banyak korban sipil dan kematian di antara tentara, serta kerusakan infrastruktur.
Pada 16 Agustus, perwakilan dari Amerika Serikat, Mesir, dan Qatar mengumumkan penyelesaian negosiasi gencatan senjata Gaza selama dua hari di Doha.
Mereka berencana untuk bertemu lagi di ibu kota Mesir, Kairo, dalam waktu seminggu untuk menyelesaikan kesepakatan yang bertujuan mengakhiri konflik.
Para mediator menegaskan bahwa pembicaraan itu konstruktif dan dilakukan dalam lingkungan yang positif.
Namun, gerakan perlawanan Hamas Palestina, yang tidak berpartisipasi langsung dalam negosiasi Doha, mengecam Zionis Israel karena menambahkan persyaratan baru pada proposal yang sebelumnya didukung dan menyatakan skeptisisme tentang hasil negosiasi tersebut.[IT/r]