Rahasia dan Layar: Bagaimana Media Saudi Menyampaikan Narasi "Israel"
Story Code : 1179290
Tonton TV Saudi," memberikan wawasan menarik tentang dinamika geopolitik Timur Tengah yang terus berkembang. Meskipun tidak adanya hubungan diplomatik formal antara kedua belah pihak, ada kolaborasi strategis di bidang media, khususnya melalui media Saudi seperti Al Arabiya dan Al Hadath.
Kemitraan ini tidak hanya memfasilitasi penyebaran informasi sensitif tetapi juga mengungkap lapisan manuver geopolitik yang lebih dalam di wilayah tersebut.
Media Saudi sebagai Saluran untuk Laporan Zionis "Israel"
Salah satu aspek yang paling menonjol dari hubungan media Saudi-Zionis "Israel" adalah seringnya penggunaan saluran Saudi oleh media Zionis "Israel" untuk membocorkan informasi.
Misalnya, setelah pembunuhan Sayyid Hashem Safieddin, seorang tokoh senior Hizbullah, media Saudi adalah yang pertama melaporkan peristiwa tersebut.
Media Zionis "Israel" seperti Ynet dan Kan 11 kemudian mengutip laporan ini, yang baru dikonfirmasi secara resmi oleh militer Zionis "Israel" beberapa minggu kemudian.
Pola ini terulang kembali dalam kasus pembunuhan Salman Jamhah, penghubung Hezbollah dengan Tentara Suriah.
Media Saudi, khususnya Al Hadath, sekali lagi menjadi yang pertama merilis rincian, yang kemudian diambil oleh berita Zionis "Israel".
Ketergantungan pada media Saudi ini memungkinkan sumber Zionis "Israel" untuk menghindari hukum sensor sambil mengendalikan narasi.
Seperti yang dicatat oleh jurnalis Zionis "Israel" yang diwawancarai untuk artikel Haaretz, ada praktik yang mapan dari sumber Zionis "Israel" yang membocorkan informasi ke media Saudi, yang kemudian diterjemahkan dan dilaporkan oleh media Zionis "Israel".
Ini memberikan cara yang mudah bagi pejabat Zionis "Israel" untuk menguji reaksi publik atau mengelola topik sensitif tanpa secara langsung membahasnya di media Zionis "Israel".
Peran Media Saudi dalam Mempromosikan Narasi Zionis "Israel"
Media-media Saudi, termasuk Al Arabiya dan Al Hadath, juga memainkan peran penting dalam mempromosikan perspektif Zionis "Israel".
Saluran-saluran ini, yang didanai oleh pemerintah Saudi, sering kali menyediakan waktu tayang bagi para pejabat Zionis "Israel", seperti juru bicara militer, untuk menyampaikan narasi mereka kepada dunia Arab.
Misalnya, juru bicara militer Daniel Hagari diwawancarai di Al Arabiya dan Al Hadath, di mana ia membahas situasi di Lebanon dan peran Hizbullah di wilayah tersebut.
Kerja sama ini sejalan dengan tujuan yang lebih luas dari "Perjanjian Abraham" 2020, yang memfasilitasi peningkatan dialog dan kolaborasi antara Zionis "Israel" dan kerajaan-kerajaan Teluk.
Media-media milik Saudi yang berbasis di London seperti Elaph juga telah mengambil peran penting dalam menormalisasi wawancara dengan para pejabat Zionis "Israel".
Sejak 2015, tokoh-tokoh senior Zionis "Israel" secara rutin muncul di Elaph, membahas berbagai topik mulai dari keamanan di Semenanjung Sinai hingga potensi "perjanjian damai".
Wawancara-wawancara ini tidak hanya menjadi platform bagi narasi Zionis "Israel" tetapi juga mencerminkan lanskap geopolitik yang terus berubah di mana Zionis "Israel" dan negara-negara Teluk menemukan titik temu.
Media sebagai Alat untuk Strategi Geopolitik
Kolaborasi antara media Zionis "Israel" dan Saudi mencerminkan pergeseran geopolitik yang lebih luas di kawasan tersebut.
Dengan menggunakan media Saudi untuk membocorkan informasi sensitif, pejabat "Israel" dapat mengelola narasi sambil mempertahankan penyangkalan yang masuk akal.
Misalnya, pada Desember 2022, Elaph milik Saudi melaporkan potensi kesepakatan tawanan antara Zionis "Israel" dan Hamas.
Ketika laporan tersebut diambil oleh media Zionis "Israel", pejabat senior Zionis "Israel" membantah klaim tersebut.
Strategi ini memungkinkan sumber-sumber Zionis "Israel" untuk menguji reaksi publik terhadap isu-isu sensitif tanpa berkomitmen pada narasi tersebut.
Selain itu, hubungan media Saudi-Zionis "Israel" menggarisbawahi keselarasan strategis terhadap musuh bersama.
Saluran Saudi, seperti Al Arabiya, dianggap jauh lebih baik di Zionis "Israel" daripada media Qatar seperti Al Jazeera, yang sering dikaitkan dengan Hamas.
Preferensi ini menyoroti peran media dalam membentuk persepsi publik dan memajukan tujuan geopolitik bersama.
Preseden Historis Kerja Sama Media
Artikel Haaretz menekankan bahwa penggunaan media Arab oleh sumber-sumber Zionis "Israel" bukanlah fenomena baru.
Secara historis, pejabat Zionis "Israel" telah menggunakan media Arab untuk melewati penyensoran dan menyampaikan pesan-pesan yang dikendalikan.
Misalnya, pada tahun 2011, surat kabar Kuwait Al Jarida menjadi platform untuk kebocoran Zionis "Israel", termasuk cerita-cerita yang menyebabkan konsekuensi politik yang signifikan, seperti pemecatan Uzi Arad sebagai Penasihat Keamanan Nasional.
Praktik yang sudah berlangsung lama ini menggambarkan bagaimana media telah menjadi alat penting dalam hubungan "Israel"-Arab, bahkan tanpa adanya hubungan diplomatik formal. Kekhawatiran Etis dan Integritas Media
Meskipun hubungan media Saudi-Zionis "Israel" memiliki tujuan strategis, hubungan tersebut juga menimbulkan masalah etika.
Kritikus berpendapat bahwa penggunaan media Saudi sebagai perantara merusak integritas jurnalistik, karena saluran ini sering bertindak sebagai alat propaganda yang dikendalikan negara alih-alih sumber berita independen.
Selain itu, penyebaran informasi yang selektif menciptakan asimetri dalam pengetahuan publik, dengan narasi yang disesuaikan dengan agenda politik. Kurangnya transparansi ini dapat mengikis kepercayaan pada media dan mempersulit upaya untuk meminta pertanggungjawaban pemerintah.
Kesimpulan
Artikel Haaretz "Ingin Benar-Benar Tahu Apa yang Terjadi di 'Israel'? Tonton TV Saudi" menyoroti hubungan yang kompleks dan strategis antara media Saudi dan Zionis "Israel".
Dinamika ini tidak hanya mencerminkan kerumitan geopolitik Timur Tengah tetapi juga menyoroti peran penting media dalam membentuk persepsi publik dan menyebarkan informasi.
Dengan memanfaatkan media Saudi sebagai saluran untuk laporan sensitif dan platform untuk mempromosikan narasi, Zionis "Israel" telah secara efektif melewati hambatan komunikasi tradisional.
Namun, kolaborasi ini juga menimbulkan pertanyaan penting tentang etika dan transparansi media.
Seiring dengan terus berkembangnya hubungan ini, niscaya hal ini akan memengaruhi cara berita dilaporkan dan dikonsumsi di kedua kawasan, yang akan membentuk masa depan media dan diplomasi di Timur Tengah.[IT/r]