PM: Malaysia Ingin Bergabung BRICS 

Kuala Lumpur telah mengambil keputusannya, kata Anwar Ibrahim

Pemimpin negara Asia Tenggara berusia 77 tahun tersebut menyebutkan keputusan tersebut dalam sebuah wawancara dengan outlet China Guancha yang diterbitkan pada hari Minggu (16/6).

“Kami telah membuat kebijakan kami dengan jelas dan kami telah membuat keputusan. Proses formalnya akan segera kita mulai,” kata Anwar. “Kami menunggu hasil akhir dan masukan dari pemerintah Afrika Selatan.”

Anwar juga menyebutkan topik ini dalam pertemuannya baru-baru ini dengan Presiden Brasil Luiz Inacio Lula da Silva. Organisasi ini didirikan pada tahun 2006 oleh Brazil, Rusia, India dan China, dan Afrika Selatan bergabung pada tahun 2011. Pada bulan Januari, BRICS secara resmi mengakui Mesir, Ethiopia, Iran dan Uni Emirat Arab (UEA), namun memutuskan untuk tetap menggunakan nama saat ini.

Potensi keanggotaan Kuala Lumpur dalam organisasi ini akan mempunyai arti strategis, karena salah satu jalur pelayaran terpenting di dunia – Selat Malaka, yang menghubungkan Pasifik dan Samudera Hindia – terletak antara Malaysia dan pulau Sumatra di Indonesia.

Menurut Anwar, Malaysia “lega” karena dunia tidak lagi unipolar, dan kebangkitan BRICS dan China khususnya telah menawarkan “secercah harapan bahwa terdapat checks and balances di dunia.”

Barat ingin “mengendalikan wacana” di dunia, namun “kita tidak bisa lagi menerimanya karena mereka bukan lagi kekuatan kolonial dan negara-negara merdeka harus bebas mengekspresikan diri mereka,” kata perdana menteri Malaysia kepada Guancha.

Awal bulan ini, Duta Besar Rusia untuk China Igor Morgulov mengatakan sekitar 30 negara telah menyuarakan keinginan untuk bergabung dengan BRICS. Di negara tetangga Malaysia, Thailand, Sri Lanka dan Vietnam telah mengajukan tawaran kepada kelompok tersebut.

KTT BRICS 2024 dijadwalkan pada bulan Oktober di Kazan, Rusia. Moskow telah memimpin organisasi tersebut sejak Januari.[IT/r]