Peringatkan Pejabat IOF, Perbatasan Mesir Bisa Menjadi Titik Nyala
Story Code : 1185770
Perbatasan Palestina-Mesir, yang lama dianggap sebagai perbatasan yang tenang, kini mengalami ketegangan yang meningkat, dengan pasukan Zionis Israel memperingatkan kemungkinan eskalasi. Meskipun tidak secara resmi diakui sebagai front aktif, perbatasan ini telah menjadi titik fokus ketegangan yang semakin meningkat.
Kol. Shemer Raviv, komandan Brigade Regional Paran, menggambarkan area tersebut sebagai "pasti sebuah front," yang menyalahkan ketidakstabilan pada kegiatan penyelundupan yang diduga terjadi. Raviv mengklaim bahwa para penyelundup telah mulai menggunakan drone untuk mengangkut barang-barang terlarang, termasuk narkoba dan senjata api, melintasi perbatasan. Namun, tuduhan-tuduhan ini muncul bersamaan dengan kekhawatiran yang berkembang tentang tindakan agresif Pasukan Pendudukan Zionis Israel (IOF), yang telah memperburuk ketegangan dengan Mesir.
Ketegangan di Perbatasan
Hubungan antara Mesir dan Zionis "Israel" semakin tegang setelah operasi yang disengaja dilakukan oleh tentara Mesir yang direkrut, Mohammad Salah Ibrahim, 23 tahun, pada Juni 2023. Ibrahim membunuh tiga tentara Israel dan melukai satu lainnya sebelum akhirnya dibunuh oleh pasukan Zionis Israel.
Ibrahim, seorang penjaga perbatasan yang bertugas di Sinai dan seorang warga Ain Shams di Kairo, dikenal karena sikap tenangnya dan minatnya dalam seni. Laporan menunjukkan bahwa ia merencanakan operasinya dengan cermat, menggunakan posisinya untuk memotong bagian dari pagar perbatasan dan melintasi ke Palestina yang diduduki. Media Zionis Israel melaporkan bahwa ia membawa dua pisau dan sebuah Al-Qur'an, serta melancarkan serangannya dengan presisi. Ibrahim sebelumnya telah menyatakan solidaritasnya dengan Palestina selama agresi Zionis "Israel" terhadap Gaza pada 2021, menulis di Facebook, “Allah mendukung Palestina.”
Pemerintah Mesir tetap menjaga sikap tertutup mengenai insiden tersebut, hanya menyebut Ibrahim sebagai "figur keamanan" yang dibunuh saat mengejar para penyelundup. Meskipun demikian, tindakannya menggema di seluruh wilayah, menarik perhatian pada ketegangan yang semakin meningkat di perbatasan.
Sebagai tanggapan, rezim Zionis Israel memperketat taktik militer mereka, memperketat kebijakan tembakan terbuka, dan menerapkan teknologi canggih seperti sistem intersepsi drone. Kol. Raviv berspekulasi tentang kemungkinan operasi penyelundupan yang berkembang menjadi ancaman yang lebih besar, seperti drone atau pesawat pembawa bom atau orang. Namun, klaim-klaim tersebut tetap tidak terverifikasi dan telah dikritik sebagai dalih untuk memperburuk militerisasi lebih lanjut.
Meskipun ada koordinasi sesekali dengan pasukan Mesir, Raviv mengakui tantangan yang terus berlangsung, termasuk kekurangan pasukan dan intelijen di sepanjang perbatasan. Para kritikus berpendapat bahwa sikap agresif Zionis "Israel", dengan dalih menangani ancaman keamanan yang diduga, justru memperburuk ketegangan dan menstabilkan perbatasan yang dulunya relatif damai.[IT/r]