0
Monday 6 January 2025 - 08:02

Wacana Negosiasi dengan Amerika Serikat, Solusi atau Ilusi?

Story Code : 1182627
Wacana Negosiasi dengan Amerika Serikat, Solusi atau Ilusi?
Pola Historis: Janji Amerika yang Tidak Terpenuhi
Sejarah hubungan Iran-Amerika Serikat penuh dengan dinamika ketegangan dan pengkhianatan janji. Salah satu contoh paling menonjol adalah perjanjian Algiers tahun 1981, di mana Iran setuju membebaskan sandera Amerika dengan imbalan janji pencabutan sanksi dan pengembalian aset Iran yang dibekukan. Namun, janji tersebut sebagian besar tidak dipenuhi. Pengalaman serupa terulang dalam kesepakatan nuklir (JCPOA), di mana Iran mengurangi aktivitas nuklirnya sesuai perjanjian, tetapi Amerika Serikat di bawah pemerintahan Donald Trump secara sepihak menarik diri dan memberlakukan kembali sanksi ekonomi.

Fakta-fakta ini menimbulkan skeptisisme mendalam terhadap kredibilitas Amerika Serikat dalam memenuhi komitmennya. Para penentang negosiasi berpendapat bahwa upaya diplomasi hanya akan memberi Washington alat tambahan untuk menekan Iran tanpa memberikan hasil yang nyata bagi rakyat Iran.


"Pasukan Kelima" dan Narasi Keputusasaan
Dalam konteks psikologi politik, istilah "pasukan kelima" sering digunakan untuk merujuk pada elemen-elemen internal yang, sengaja atau tidak, memfasilitasi agenda pihak luar. Sejarah Spanyol di bawah diktator Francisco Franco memberikan pelajaran berharga: narasi pesimisme dan ketidakberdayaan yang disebarkan oleh agen-agen internal dapat melemahkan semangat nasional dan membuka jalan bagi dominasi asing.

Di Iran, strategi serupa terlihat dalam upaya sejumlah pihak yang menggambarkan negosiasi dengan Amerika sebagai satu-satunya solusi untuk mengatasi tantangan ekonomi. Mereka mengabaikan fakta bahwa banyak masalah bersifat internal dan membutuhkan reformasi kebijakan domestik, bukan ketergantungan pada kekuatan luar.


Argumen Pendukung Negosiasi
Pendukung negosiasi mengajukan argumen pragmatis:
1. Hubungan yang lebih baik dengan Amerika Serikat dapat membuka peluang ekonomi baru, termasuk pencabutan sanksi dan investasi asing.
2. Negosiasi adalah cara untuk mengurangi isolasi internasional Iran.
3. Ketidakmampuan untuk berdialog hanya akan memperburuk situasi ekonomi dan sosial di dalam negeri.

Namun, argumen-argumen ini mengabaikan kompleksitas geopolitik. Seperti yang diungkapkan oleh Richard Nephew, arsitek sanksi terhadap Iran, tujuan Amerika dalam negosiasi bukanlah menyelesaikan masalah Iran, melainkan mengendalikan dan melemahkan Iran sebagai kekuatan regional.


Perspektif Kepemimpinan Iran
Pemimpin Tertinggi Iran, Ayatullah Ali Khamenei, secara konsisten menentang negosiasi dengan Amerika Serikat. Dalam pidatonya pada 5 September 2023, beliau menegaskan bahwa “masalah dengan Amerika hanya bisa diselesaikan jika Iran terus-menerus menyerahkan kepentingannya, yang bertentangan dengan harga diri dan kedaulatan nasional.”

Beliau juga menyoroti sifat tuntutan Amerika yang tidak pernah berhenti: setelah memperoleh satu konsesi, mereka akan meminta lebih banyak lagi. Dalam pandangannya, ini bukanlah diplomasi, melainkan bentuk eksploitasi sistematis yang dirancang untuk melemahkan kemandirian Iran.


Kesimpulan: Solusi atau Ilusi?
Negosiasi dengan Amerika Serikat mungkin tampak sebagai jalan keluar jangka pendek bagi beberapa kalangan, tetapi sejarah menunjukkan bahwa hasilnya seringkali merugikan pihak Iran. Ketidakpercayaan terhadap Amerika bukan hanya soal ideologi, tetapi berdasarkan pengalaman nyata bahwa Washington cenderung tidak memenuhi komitmennya.

Sebaliknya, fokus pada penguatan internal—baik dalam bidang ekonomi, politik, maupun sosial—merupakan solusi yang lebih berkelanjutan. Iran memerlukan kebijakan yang memberdayakan masyarakatnya dan memperkuat kedaulatan nasional, tanpa bergantung pada kekuatan luar yang hanya ingin mengeksploitasi kelemahan.

Wacana ini pada akhirnya bukan hanya soal politik, tetapi juga tentang pilihan jalan menuju kedaulatan dan harga diri bangsa di tengah tantangan global. [IT/MT]
Comment