HTS, Kelompok Bersenjata Serang Makam Sayyeda Zeinab, Gereja St. George
Story Code : 1177936
Setelah Presiden Bashar al-Assad digulingkan dari Damaskus, kelompok bersenjata yang dipimpin oleh Hay'at Tahrir al-Sham (HTS) dan kelompok lainnya telah menguasai Suriah, menandai dimulainya babak baru dalam sejarah negara tersebut.
Laporan awal menunjukkan langkah-langkah untuk memastikan keamanan Makam Sayyidah Zainab di Damaskus dan gereja-gereja di seluruh Suriah, dengan menekankan perlunya mencegah kekerasan sektarian.
Namun, video yang diunggah daring telah mengungkap kenyataan yang sangat berbeda. Pada hari Rabu (11/12), kelompok bersenjata berupaya menyerang Makam Sayyidah Zainab, sebuah situs suci tempat makam Zeinab binti Ali (as), cucu Nabi Muhammad (saw), dan tujuan bagi para peziarah Muslim.
Rekaman video memperlihatkan orang-orang bersenjata mencoba memasuki tempat suci tersebut dengan senjata mereka, tetapi dipaksa untuk tetap berada di halaman dan dilarang memasuki tempat suci tempat makam tersebut berada.
Menurut sumber eksklusif Al Mayadeen, hal ini terjadi setelah para pembela tempat suci tersebut mundur untuk menghindari meningkatnya ketegangan, setelah diyakinkan bahwa situs tersebut akan tetap terlindungi dari penodaan.
Perlu dicatat bahwa beberapa anggota tetap berada di tempat suci tersebut untuk memastikan tempat tersebut tetap beroperasi dan terbuka bagi para peziarah serta untuk menjamin perlindungannya. Rekaman yang beredar daring menunjukkan militan menyerbu makam Sayyidah Zeinab di pedesaan
#Damaskus, melanggar kesucian agama kuil tersebut. #Suriah pic.twitter.com/FjEe4TMiKn
— Al Mayadeen English (@MayadeenEnglish) 11 Desember 2024
Selain itu, laporan dari Damaskus mengindikasikan bahwa kelompok bersenjata mengganggu misa di Gereja Ortodoks Suriah St. George, memaksa pendeta untuk mengosongkan tempat tersebut, dan menjarah perbendaharaan dan kotak sumbangan gereja, yang semakin memperdalam kekhawatiran atas keadaan situs keagamaan yang berada di bawah kendali mereka. ����
Pemberontak Suriah menjarah perbendaharaan dan kotak sumbangan Gereja Ortodoks Suriah St. George di Damaskus, mengganggu layanan keagamaan dan mencegah Misa diadakan.
Pendeta diperintahkan untuk meninggalkan tempat tersebut. pic.twitter.com/kNUG25idMB
— DD Geopolitics (@DD_Geopolitics) 10 Desember 2024
Patriarkat Ortodoks Yunani: Masa depan Suriah harus mencerminkan identitas
Patriarkat Ortodoks Yunani Antiokhia di Seluruh Timur menegaskan pada hari Senin (9/12) bahwa Suriah akan tetap teguh meskipun menghadapi semua tantangan historis, karena "Tuhan ada di tengah-tengahnya."
Patriarkat menjelaskan bahwa Suriah "berada di persimpangan baru dalam sejarahnya, dengan mata semua orang terfokus pada masa depan cerah yang diimpikan setiap warga Suriah," berharap bahwa masa depan ini akan mencerminkan identitas Suriah sebagai "tanah peradaban dan tempat lahirnya sejarah."
Patriarkat menambahkan bahwa fase ini "membutuhkan kebijaksanaan, solidaritas, dan penyatuan upaya," dan menekankan bahwa mereka akan melanjutkan misinya untuk melayani kemanusiaan dan mempromosikan perdamaian dan keharmonisan di antara orang-orang "di negara yang diperintah oleh hukum dan lembaga-lembaga demokratis."
Patriarkat mendesak setiap warga negara Suriah untuk memenuhi tugas nasional mereka dengan berupaya menyatukan barisan, menjaga properti publik dan pribadi, membina keamanan di lingkungan mereka, menahan diri dalam menghadapi tantangan, dan menjaga ketenangan dan akal sehat.
Patriarkat juga meminta semua warga Suriah untuk "mengulurkan tangan kepada mereka yang bertanggung jawab atas kesejahteraan negara yang baik ini," mendesak semua pihak terkait untuk "mengendalikan pelanggaran dan memastikan martabat setiap warga negara, sehingga kita dapat bergerak bersama menuju masa depan yang lebih cerah."
Pernyataan ini muncul setelah kelompok bersenjata di Suriah mengumumkan pada Minggu pagi bahwa mereka telah menguasai Damaskus dan melarang akses ke lembaga pemerintah.
Reuters melaporkan bahwa koalisi Suriah yang baru mengonfirmasi akan melanjutkan upayanya "untuk menyelesaikan pengalihan kekuasaan ke badan pemerintahan transisi dengan kekuasaan eksekutif penuh."[IT/r]