Organisasi HAM Internasional Menyerukan Persatuan Global untuk Menghentikan Genosida Gaza
Story Code : 1177656
Dilansir dari MEMO, organisasi-organisasi HAM tersebut menjadikan hari diadopsinya Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia pada 10 Desember 1948 sebagai momen sangat penting untuk menyatukan dunia.
Dalam seruan pada kesempatan Hari Hak Asasi Manusia Internasional, mereka mengatakan bahwa seluruh dunia bersatu setelah Perang Dunia II dan sepakat bahwa deklarasi tersebut merupakan janji seluruh umat manusia untuk tidak mengulangi kejahatan dan pelanggaran yang dilakukan selama perang.
Mereka juga menyerukan tindakan yang mendesak dan cepat untuk:
- mengambil semua tindakan yang diperlukan guna menghentikan kejahatan genosida di Jalur Gaza dan menyelamatkan nyawa ratusan ribu pasien, anak-anak, wanita, dan warga sipil di Gaza sebelum terlambat;
- memastikan akuntabilitas mereka yang bertanggung jawab atas kejahatan genosida, kejahatan perang, dan kejahatan terhadap kemanusiaan;
- menghentikan ekspor senjata dan amunisi ke Israel dan menghentikan proyek kerja sama dengannya;
- menghentikan rencana untuk menghalangi keadilan internasional dan mengkriminalisasi serangan terhadap apa yang ditetapkan dalam Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia.
Seruan itu menekankan bahwa “genosida yang dilakukan oleh Israel sejak 7 Oktober 2023 di Jalur Gaza terus berlanjut, yang sejauh ini mengakibatkan 44.363 warga Palestina menjadi martir, termasuk 17.581 anak-anak, 12.048 wanita, 1.055 tenaga medis, 190 jurnalis, dan 12.780 pelajar. Israel juga telah menghancurkan 132 sekolah dan universitas secara total dan menghancurkan sebagian 348 sekolah dan universitas, serta lebih dari 160.500 unit rumah. Israel secara sengaja menargetkan 162 lembaga kesehatan dan 134 ambulans.”
Sampai saat ini, terdapat 12.650 orang terluka di Gaza yang sangat membutuhkan perjalanan ke luar negeri untuk berobat, dan 12.500 pasien kanker yang terancam kematian dan memerlukan perawatan. Israel telah merampas hak pendidikan bagi 785.000 siswa, dan lebih dari 2 juta orang terlantar mengalami kekurangan makanan dan air yang parah saat hidup di bawah blokade total. Lebih dari 2.300 jenazah telah dicuri dari pemakaman Gaza, dan lebih dari 520 jenazah telah digali dari kuburan massal di dalam rumah sakit, lanjut seruan tersebut.
Kebijakan kelaparan yang mengerikan yang diberlakukan oleh pasukan Pendudukan di Gaza, khususnya di Jabaliya, Beit Lahia, dan Beit Hanoun, terus berlanjut, dengan lebih dari 70.000 warga, sebagian besar dari mereka adalah anak-anak dan wanita, menghadapi kematian.
Pembantaian keji yang dilakukan Israel setiap hari dan kekejaman yang terus berlanjut merupakan salah satu kejahatan paling serius terhadap kemanusiaan dan kejahatan perang, yang mengharuskan para pelakunya diminta mempertanggungjawabkan perbuatannya dan membawa mereka ke pengadilan internasional, dengan ratusan kasus kejahatan mengerikan ini yang terdokumentasikan.
Organisasi-organisasi penandatangan tersebut meliputi berbagai organisasi HAM dari Jenewa, London, Swiss, Belgia, Norwegia sampai Afrika Selatan.
Pemboman Israel yang gencar di berbagai wilayah Jalur Gaza terus berlanjut, terutama di wilayah utara, tempat tentara Israel melakukan operasi militer sejak 5 Oktober, yang diawali dengan invasi darat baru ke wilayah tersebut dengan dalih “mencegah Hamas mendapatkan kembali kekuatan di wilayah tersebut”.
Dengan dukungan AS, Israel telah melakukan genosida di Jalur Gaza sejak 7 Oktober 2023, yang mengakibatkan lebih dari 150.000 warga Palestina menjadi martir dan terluka, yang sebagian besar adalah anak-anak dan wanita, lebih dari 11.000 orang hilang, dan kehancuran serta kelaparan yang meluas yang telah menewaskan puluhan anak-anak dan orang tua, dalam salah satu bencana kemanusiaan terburuk di dunia.[IT/AR]