Gharibabadi mengeluarkan seruan tersebut saat berpidato pada Sidang ke-29 Konferensi Negara-Negara Pihak Konvensi Senjata Kimia (CSP-29) yang dibuka di Den Haag pada hari Senin (25/11).
Dalam pidatonya, diplomat Iran tersebut menguraikan sikap negaranya terhadap senjata kimia, kejahatan dan pelanggaran rezim Zionis, serta dukungan Barat terhadap kejahatan rezim ini di masa lalu dan saat ini terhadap rakyat di wilayah tersebut.
“Iran adalah korban terbesar senjata kimia di masa kini,” ujar Gharibabadi merujuk pada perang 8 tahun dengan Irak. Ia mengutuk keras kejahatan Zionis terhadap rakyat Palestina dan Lebanon. “Rezim ini, dengan dukungan tanpa syarat dari beberapa negara Barat, terutama Amerika Serikat, terus melanjutkan kejahatannya dan menikmati kekebalan hukum,” tambahnya.
Gharibabadi menyerukan tindakan segera oleh Dewan Keamanan PBB untuk menjatuhkan sanksi yang efektif terhadap rezim Zionis sesuai dengan Bab VII Piagam PBB dan menekankan bahwa semua negara harus menahan diri dari segala bentuk kerja sama ekonomi, militer, dan persenjataan dengan rezim ini.
Ia juga mengutuk penggunaan senjata kimia dan zat berbahaya lainnya oleh rezim Zionis, termasuk fosfor putih dan uranium terdeplesi, terhadap rakyat Palestina dan Lebanon yang tak berdaya, dan meminta kepala OPCW untuk melakukan penyelidikan menyeluruh terhadap masalah ini dan mengambil tindakan yang diperlukan untuk melindungi para korban.
Sambil mendesak negara-negara anggota untuk tidak menyia-nyiakan upaya untuk mengakhiri kejahatan Israel terhadap rakyat Palestina dan Lebanon, Gharibabadi sekali lagi memperingatkan terhadap ancaman persenjataan kimia Israel terhadap perdamaian dan keamanan regional serta internasional.
“Perlu adanya universalitas Konvensi Senjata Kimia dan masyarakat internasional harus meningkatkan tekanan pada rezim Zionis untuk bergabung dan menempatkan semua fasilitas kimianya di bawah pengawasan OPCW,” katanya.
Gharibabadi juga menggambarkan tuduhan Amerika Serikat terhadap Republik Islam Iran sebagai tuduhan yang tidak berdasar, tidak berdokumen, dan berulang, dengan mengatakan Teheran selalu mematuhi kewajibannya dalam kerangka Konvensi Senjata Kimia dan telah menempatkan semua fasilitas kimia terkaitnya di bawah pengawasan dan inspeksi.
Gharibabadi mengkritik AS atas tuduhan yang dibuat-buat terhadap korban utama serangan senjata kimia di zaman modern dan mengatakan bahwa Washington, pemegang stok senjata kimia terbesar, telah menjadi pelanggar utama konvensi tersebut.
“Amerika Serikat memiliki sejarah ketidakpatuhan terhadap konvensi tersebut, dan pada tahun 2003, setelah invasi ke Irak dengan dalih penghancuran senjata pemusnah massal, Washington dan sekutunya, setelah penundaan selama enam tahun, melanjutkan untuk mentransfer dan menghancurkan senjata kimia yang ditemukan di Irak tanpa memberi tahu OPCW,” tegasnya.
Ia mengatakan bahwa Republik Islam Iran telah berulang kali menyampaikan kepada anggota tentang pelanggaran konvensi oleh Amerika Serikat dan sekutunya, termasuk bantuan mereka terhadap gudang senjata kimia rahasia rezim Zionis serta senjata lain yang dilarang berdasarkan konvensi.
Gharibabadi juga menyatakan penyesalannya bahwa Amerika Serikat menuduh negara lain untuk mengalihkan opini publik dari penggunaan fosfor putih buatan Amerika secara luas dan senjata terlarang lainnya terhadap rakyat Gaza dan Lebanon serta penggunaannya yang berulang oleh kelompok teroris yang didukung AS di Suriah dan Irak.
Di bagian lain pidatonya, Wakil Menteri Luar Negeri merujuk pada dukungan Barat terhadap rezim mantan diktator Irak Saddam Hussein dalam perangnya melawan Republik Islam Iran.
Gharibabadi menyebut Jerman dan Amerika Serikat terlibat dalam kejahatan kimia terhadap rakyat Iran dengan memasok senjata kimia kepada rezim Saddam di Irak. “Negara-negara ini harus bertanggung jawab atas tindakan ilegal mereka dan mengambil langkah-langkah untuk memberi kompensasi kepada korban senjata kimia Iran,” tambahnya.
“Korban senjata kimia di Iran masih menderita sanksi ilegal yang dijatuhkan oleh negara-negara Barat atas pasokan obat-obatan dan peralatan medis,” tambahnya. Ia juga menyerukan OPCW agar berupaya untuk membantu mendukung para korban ini.
Ia juga menyerukan pencegahan politisasi OPCW dan penguatan kerja sama internasional di bidang teknologi baru untuk memajukan tujuan damai Konvensi. [IT/G]