Mantan Komandan IRGC: Suriah, Irak dan Iran Harus Bertindak Cepat untuk Menghentikan Kekejaman Israel
Story Code : 1163075
Mayor Jenderal Mohsen Rezei, yang saat ini menjabat sebagai sekretaris Dewan Kemanfaatan Iran, menyampaikan pernyataan tersebut dalam sebuah posting hari Sabtu (27/9) di X, yang sebelumnya dikenal sebagai Twitter, di tengah serangan berdarah Zionis Israel di pinggiran ibu kota Beirut.
Pesawat tempur Zionis Israel selama sehari terakhir telah melakukan lusinan serangan udara dan mengklaim sejumlah nyawa warga sipil yang belum diverifikasi dengan menargetkan bangunan tempat tinggal di berbagai wilayah ibu kota Lebanon.
Rezim Tel Aviv semakin brutal dengan merobohkan beberapa blok bangunan di distrik Dahiyeh, Beirut, dengan dalih menyerang depot rudal milik gerakan perlawanan Lebanon, Hizbullah.
Media lokal melaporkan lebih dari 300 korban tewas akibat serangan itu. “Ternyata organisasi internasional dan pemimpin dunia, seperti era Hitler, telah membuka jalan bagi kelompok kriminal dan rasis Netanyahu dengan menenangkan mereka. Jika para pencari kebebasan di dunia tidak bangkit dan menghentikannya, sejarah akan menyaksikan salah satu masa yang paling menyedihkan,” tulis Rezaei dalam sebuah posting berbahasa Persia.
“Kelompok kriminal dan rasis Netanyahu tidak akan berhenti dengan kutukan, dan setelah Lebanon, mereka akan menyerang Damaskus dan kemudian Baghdad. Jika mereka mabuk pertumpahan darah, mereka bahkan mungkin menyerang Iran.
Oleh karena itu, pemerintah Irak, Suriah, dan Iran harus segera mengambil keputusan.”
Sebelumnya, Kedutaan Besar Iran di Lebanon menyebut serangan Zionis Israel pada hari Jumat (27/9) di pinggiran Beirut sebagai eskalasi serius yang mengubah permainan, memperingatkan bahwa rezim pendudukan akan menghadapi hukuman atas serangan berdarah tersebut.
Serangan terbaru itu terjadi sebagai bagian dari eskalasi rezim terhadap Lebanon, yang telah berubah menjadi lebih mematikan dalam beberapa hari terakhir, merenggut nyawa lebih dari 700 orang di seluruh negeri sejak Senin.
Hizbullah telah menanggapi agresi tersebut dengan berbagai operasi pembalasan, termasuk satu operasi dengan rudal balistik hipersonik, yang menargetkan wilayah Palestina yang diduduki.
Gerakan perlawanan Lebanon telah bersumpah untuk terus menyerang selama rezim Zionis Israel melanjutkan perang Gaza, yang sejauh ini telah menewaskan lebih dari 41.000 warga Palestina, sebagian besar wanita dan anak-anak.[IT/r]