Asaad al-Shaybani Ditunjuk Sebagai Menteri Luar Negeri dalam Pemerintahan Sementara Suriah
Story Code : 1179698
Pimpinan baru di Suriah telah mengumumkan penunjukan Asaad Hassan al-Shaybani sebagai Menteri Luar Negeri dalam pemerintahan sementara.
Sumber-sumber mengindikasikan bahwa al-Shaybani adalah orang yang sama dengan Zaid al-Attar, kepala Administrasi Urusan Politik dalam Pemerintahan Keselamatan.
Al-Shaybani telah menggunakan beberapa nama samaran, termasuk Naseem, Abu Aisha, Abu Ammar al-Shami, Hossam al-Shafi'i, dan yang terbaru Zaid al-Attar.
Selama masa jabatannya sebagai kepala Administrasi Urusan Politik, al-Shaybani bertemu dengan pejabat dari badan-badan PBB dan organisasi-organisasi internasional besar yang beroperasi di Idlib, serta perwakilan politik, diplomat, dan lainnya.
Al-Shaybani lahir di Provinsi Al-Hasakah pada tahun 1987 dan kemudian pindah bersama keluarganya ke Damaskus, di mana ia lulus dari Universitas Damaskus pada tahun 2009 dengan gelar dalam Bahasa dan Sastra Inggris dari Fakultas Seni dan Humaniora.
Ia memperoleh gelar master dalam Ilmu Politik dan Hubungan Internasional dari Turki pada tahun 2022 dan saat ini sedang menempuh pendidikan doktor di bidang yang sama.
Selain itu, ia telah menyelesaikan tahap akhir program MBA di Universitas Amerika. Al-Shaybani bergabung dengan pemberontakan Suriah sejak awal berdirinya pada tahun 2011, menyaksikan semua fasenya.
Ia berkontribusi pada pembentukan Pemerintahan Keselamatan Suriah dan mendirikan Administrasi Urusan Politik.
Azzam Gharib diangkat menjadi Gubernur Aleppo
Dalam konteks terkait, pemerintahan Suriah yang baru telah menunjuk Azzam Gharib, yang dikenal dengan alias Abu al-Ezz Saraqib, sebagai Gubernur Aleppo.
Gharib dianggap sebagai salah satu pemimpin terkemuka Front Sham, sebuah faksi yang berafiliasi dengan "Tentara Nasional Suriah" yang didukung Turki.
Menurut biografi yang dikeluarkan oleh Front Sham, Gharib lahir di kota Saraqib di Provinsi Idlib pada tahun 1985.
Ia lulus dari Fakultas Kedokteran Gigi di Universitas Aleppo pada tahun 2006 dan kemudian melanjutkan studinya di Kolese Imam al-Ouzai pada tahun 2019.
Ia juga memperoleh gelar master dalam Tafsir Al-Qur'an dari Fakultas Teologi di Universitas Bingol di Turki pada tahun 2023.
Gharib tidak dapat menyelesaikan studinya di bidang Teknik Kontrol Otomatis di Universitas Aleppo karena kerusuhan politik di negara itu pada tahun 2011.
Ia bergabung dengan jajaran Gerakan Ahrar al-Sham dan Front Islam selama tahap awal perang di Suriah dan kemudian menjadi wakil pemimpin Front Sham sebelum memangku jabatan kepemimpinannya pada tahun 2023.[IT/r]