Menlu: Iran Ggotot Soal Hak Mutlaknya untuk Menanggapi Teroris Israel
Story Code : 1156042
Dalam percakapan telepon dengan Menteri Luar Negeri Mesir Badr Abdel Aati pada Sabtu (24/8), Araqchi menggarisbawahi hak mutlak negaranya untuk menanggapi pembunuhan pemimpin Hamas oleh Israel, yang dibunuh saat ia berada di Tehran untuk menghadiri upacara pelantikan Presiden Iran Masoud Pezeshkian.
Pimpinan politik dan militer Iran, termasuk Pemimpin Revolusi Islam Ayatollah Sayyid Ali Khamenei, dan Presiden Pezeshkian, telah berjanji akan membalas darah Haniyeh.
Menunjuk pada serangan maut, penghancuran, dan genosida Zionis Israel di Gaza, Araqchi memuji upaya besar Mesir untuk menetapkan gencatan senjata yang juga akan diterima oleh gerakan perlawanan Palestina Hamas.
Hamas mengumumkan pada hari Sabtu (24/8) bahwa delegasinya akan tiba di Mesir pada siang hari untuk "mendengarkan" hasil perundingan gencatan senjata Gaza di Kairo.
Dalam sebuah pernyataan, Ezzat al-Rishq, anggota biro politik Hamas, mengatakan delegasi tersebut dipimpin oleh seorang pejabat senior gerakan tersebut, Khalil al-Hayya, dan dibentuk setelah undangan dari mediator Mesir dan Qatar.
Zionis Israel telah membantai lebih dari 40.300 warga Palestina, sebagian besar anak-anak dan wanita, di Gaza sejak Oktober 2023.
Mantan perdana menteri Israel Ehud Olmert menyerukan kepada pejabat militer dan keamanan rezim tersebut untuk segera mengajukan pengunduran diri mereka jika putaran perundingan gencatan senjata Gaza saat ini gagal.
Sementara itu, menteri luar negeri Mesir memberi tahu mitranya dari Iran tentang upaya diplomatik negaranya dalam beberapa hari terakhir untuk menghentikan perang di Gaza dan mengirimkan bantuan kemanusiaan internasional ke wilayah Palestina yang terkepung.
Aati mengatakan semua pihak harus berupaya untuk mencegah penyebaran perang di wilayah tersebut.
Para diplomat tinggi Iran dan Mesir sepakat untuk melanjutkan konsultasi politik mengenai hubungan bersama dan perkembangan di kawasan.[IT/r]