Lebanon Kerahkan Pasukan di Kota Perbatasan Setelah Pasukan Israel Mundur
Story Code : 1178122
Dalam sebuah pernyataan yang dirilis pada hari Rabu (11/12), tentara Lebanon mengumumkan bahwa unit-unitnya telah "dikerahkan di lima posisi" di sekitar Khiam dalam koordinasi dengan Pasukan Sementara Perserikatan Bangsa-Bangsa di Lebanon (UNIFIL), dan menambahkan bahwa langkah tersebut adalah "tahap pertama pengerahan pasukan di daerah tersebut, bersamaan dengan penarikan pasukan Zionis Israel dari wilayah tersebut."
“Penempatan pasukan akan diselesaikan pada tahap berikutnya, sementara unit-unit khusus” akan menyurvei kota itu untuk “membersihkan persenjataan yang belum meledak,” katanya.
Sementara itu, Perdana Menteri Lebanon Najib Mikati mengatakan bahwa penempatan pasukan di Khiam “merupakan langkah mendasar menuju penguatan penempatan pasukan di selatan, dalam pelaksanaan keputusan gencatan senjata.”
“Kami memberi hormat atas upaya pasukan” menuju pembentukan “stabilitas di selatan,” tulisnya dalam posting X.
Zionis Israel dipaksa menerima gencatan senjata dengan gerakan perlawanan Hizbullah setelah menderita kerugian besar menyusul hampir 14 bulan pertempuran dan gagal mencapai tujuannya dalam agresinya di Lebanon.
Perjanjian gencatan senjata, yang mulai berlaku pada 27 November, memberi Zionis Israel waktu hingga akhir Januari untuk menarik diri dari semua wilayah Lebanon selatan.
Juga pada hari Rabu, militer Israel mengonfirmasi bahwa mereka telah menarik pasukannya dari Khiam sesuai dengan gencatan senjata dengan Hizbullah.
Namun, disebutkan bahwa pasukan pendudukan masih tetap ditempatkan di daerah lain di Lebanon selatan. Lebih jauh, Komando Pusat Amerika Serikat (CENTCOM) mengatakan dalam sebuah posting X bahwa pemimpinnya Jenderal Erik Kurilla mengunjungi Beirut pada hari Rabu untuk memantau penggantian tentara Zionis Israel oleh pasukan Lebanon di Khiam.
"Ini adalah langkah pertama yang penting dalam pelaksanaan penghentian permusuhan yang langgeng dan meletakkan dasar bagi kemajuan yang berkelanjutan," kata Kurilla, yang juga bertemu dengan Panglima Angkatan Bersenjata Lebanon Jenderal Joseph Aoun.
Perang Israel di Lebanon menewaskan hampir 4.000 orang dan melukai lebih dari 16.000 lainnya, menurut kementerian kesehatan negara itu.
Hizbullah membuka front dukungan bagi warga Palestina di Gaza hanya sehari setelah Zionis Israel melancarkan perangnya terhadap wilayah yang dikepung itu pada bulan Oktober 2023, melancarkan berbagai serangan balasan terhadap target-target Zionis Israel di wilayah yang diduduki.[IT/r]