0
Tuesday 19 November 2024 - 10:55
Zionis Israel - Lebanon:

Opini Jerusalem Post Mendukung Penaklukan Teritorial Lebanon Selatan

Story Code : 1173411
Hadats, south Beirut, Lebanon
Hadats, south Beirut, Lebanon
Sebuah opini baru-baru ini di The Jerusalem Post, berjudul "Lebanon Selatan Sebenarnya adalah Israel Utara," menggambarkan upaya lain untuk melegitimasi ambisi ekspansionis melalui apa yang hanya dapat digambarkan sebagai propaganda Zionis.
 
Artikel tersebut melemahkan kedaulatan Lebanon sambil mendistorsi Yudaisme dengan menjadikannya senjata untuk merasionalisasi penaklukan teritorial.
 
"Secara historis, Lebanon selatan sebenarnya adalah Zionis Israel utara, dan akar orang-orang Yahudi di wilayah tersebut sangat dalam. Apakah ini dapat atau harus diterjemahkan sekarang menjadi realitas politik adalah pertanyaan yang jauh lebih rumit, tetapi tidak ada yang dapat menyangkal hubungan kita dengan tanah tersebut," tulis Michael Freund, seorang tokoh politik Zionis Israel kelahiran Amerika keturunan Jerman.
 
Zionisme: Distorsi inti damai Yudaisme
Argumen Freund mencerminkan bahaya Zionisme sebagai ideologi yang mencampuradukkan tujuan politik dengan identitas agama.
 
Dengan menafsirkan teks-teks Alkitab secara selektif untuk mengklaim Lebanon selatan sebagai bagian dari Zionis "Israel," retorika ini mengeksploitasi nilai-nilai spiritual Yudaisme untuk memvalidasi agresi dan penjajahan.
 
Yudaisme, yang memperjuangkan kasih sayang, koeksistensi, dan keadilan, disalahgunakan sebagai alat untuk membenarkan kebijakan ekspansionis rezim apartheid.
 
Penyalahgunaan iman ini tidak hanya mendistorsi prinsip-prinsip inti Yudaisme tetapi juga mengasingkan banyak komunitas Yahudi di seluruh dunia.
 
Banyak sekali suara orang Yahudi yang secara konsisten menentang penggunaan agama mereka untuk mendukung kekerasan dan penindasan, yang berfungsi sebagai pengingat bahwa Zionisme adalah proyek politik—bukan keharusan agama.
 
Fantasi kolonial yang disamarkan sebagai janji-janji Alkitab
Argumen Freund sangat bergantung pada referensi Alkitab yang selektif untuk mengklaim bahwa kota-kota seperti Sidon dan Tirus dijanjikan kepada orang-orang Yahudi.
 
Pendekatan ini mencerminkan praktik kolonial yang menggunakan agama untuk membenarkan penaklukan, mengabaikan sejarah bersama dan koeksistensi selama berabad-abad di wilayah tersebut.
 
Pendekatan ini menghapus hak dan sejarah orang-orang yang telah tinggal di Lebanon selatan selama beberapa generasi.
 
Pemberlakuan "janji-janji ilahi" sebagai dasar ambisi politik modern sejalan dengan kerangka kerja kolonial-pemukim yang terlihat secara global, dari Amerika hingga Afrika Selatan. Ideologi-ideologi ini secara historis telah menyebabkan penderitaan dan pemindahan yang sangat besar, dan Zionisme tidak terkecuali.
 
Tulisan Freund melanjutkan tradisi ini dengan membingkai perluasan wilayah sebagai "pemulihan," sambil mengabaikan perampasan dengan kekerasan yang menyertainya. Artikel tersebut selanjutnya mengabaikan realitas agresi Zionis Israel, termasuk pendudukan Lebanon selatan dan pemindahan warga Palestina.
 
Mengingat sifat agresifnya sebagai rezim apartheid, pembersihan etnis penduduk asli Arab merupakan prasyarat untuk mempertahankan dan memperluas proyek kolonial-pemukim Zionis "Israel".
 
Namun, gerakan Perlawanan di Lebanon dan Palestina telah muncul sebagai tanggapan langsung terhadap tindakan tersebut, yang menantang narasi bahwa perluasan "Israel" merupakan "keharusan defensif."
 
Kemunduran Zionisme
Klaim penutup Freund bahwa "mimpi hari ini membentuk realitas masa depan" merangkum ambisi berbahaya ideologi Zionis. Namun, "mimpi" ini runtuh.
 
Zionisme sedang membusuk, tidak hanya karena upaya terus-menerus gerakan perlawanan di Lebanon dan Palestina, tetapi juga karena Zionis "Israel" semakin terisolasi di panggung global.
 
Serangan genosida rezim tersebut terhadap Gaza, agresi terhadap Lebanon, dan penindasan sistematis terhadap warga Palestina telah menyebabkan kecaman yang meluas.
 
Negara-negara di seluruh dunia memutuskan hubungan dagang dan menjauhkan diri dari Zionis "Israel", menyadari bahwa tindakannya melanggar prinsip-prinsip keadilan dan hak asasi manusia.
 
Solidaritas global yang berkembang terhadap kebijakan "Israel" ini menyingkapkan Zionisme sebagaimana adanya: ideologi yang runtuh yang berakar pada kekerasan dan perluasan kolonial.
 
Saat dunia terus menjauh dari tindakan penindasan Zionis "Israel", impian ekspansi tak terkendali di Lebanon dan sekitarnya memudar, meninggalkan kebenaran tak terbantahkan bahwa keadilan dan perlawanan tengah menang. [IT/r]
 
 
Comment