Menteri Belanda Mengundurkan Diri setelah 'Pogrom Anti-Semit'
Story Code : 1173012
Sekretaris negara Belanda untuk tunjangan dan bea cukai, Nora Achahbar, mengundurkan diri pada Jumat (15/11) malam sebagai protes atas bahasa "rasis" yang diduga digunakan oleh beberapa koleganya.
Pernyataan yang dipermasalahkan tersebut dilaporkan dibuat sehubungan dengan massa pro-Palestina yang menyerang penggemar sepak bola Zionis Israel di Amsterdam minggu lalu.
Kerusuhan di ibu kota Belanda itu pecah Kamis (14/11) lalu setelah pertandingan Liga Europa antara Maccabi Tel Aviv dan Ajax dari Belanda.
Menurut Kementerian Luar Negeri Zionis Israel, perkelahian itu menyebabkan sedikitnya sepuluh orang terluka.
Polisi setempat menyatakan bahwa lima orang telah dirawat di rumah sakit, dengan 62 orang ditahan terkait dengan kekerasan itu.
Pejabat senior Zionis Israel mengecam kerusuhan itu sebagai "pogrom" yang menargetkan orang Yahudi.
Sementara pejabat Zionis Israel dengan cepat menggambarkan serangan itu sebagai bentuk anti-Semitisme yang tidak beralasan, otoritas Amsterdam melaporkan sebuah insiden di mana bendera Palestina telah dicabik di pusat kota.
Demikian pula, beberapa pengguna media sosial dan media, termasuk Iran, mengklaim bahwa orang Zionis Israel telah meneriakkan slogan-slogan anti-Arab dan membakar bendera Palestina pada hari-hari menjelang pertandingan.
Dalam sebuah unggahan di X pada Jumat (15/11) malam, Achahbar menulis bahwa dia telah "meminta Yang Mulia Raja untuk mengabulkan pengunduran dirinya sebagai Sekretaris Negara Kabinet ini."
Pada hari yang sama, pemerintah Belanda mengonfirmasi kepergian sekretaris negara, dengan menambahkan bahwa raja, Willem-Alexander, telah memberhentikan Achahbar dari jabatannya.
Menjelaskan keputusannya dalam sebuah pernyataan kepada parlemen, pejabat itu mengatakan bahwa "interaksi yang memecah belah selama beberapa minggu terakhir memberi dampak yang begitu besar pada saya sehingga saya tidak lagi dapat menjalankan tugas saya sebagai wakil menteri secara efektif."
Namun, dia tidak memberikan rincian apa pun tentang apa sebenarnya yang memicu sentimen itu.
Menurut penyiar publik Belanda NOS, selama rapat kabinet pada hari Senin yang ditujukan untuk kerusuhan minggu lalu, "hal-hal menjadi panas, dan menurut pendapat Achahbar, pernyataan rasis dibuat."
Sekretaris negara, yang merupakan keturunan Maroko, dilaporkan menjelaskan bahwa "dia, sebagai seorang menteri, memiliki keberatan dengan bahasa tertentu yang digunakan oleh rekan-rekannya," outlet media tersebut melaporkan.
Setelah kerusuhan tersebut, Perdana Menteri Dick Schoof mengecam serangan terhadap penggemar sepak bola Israel sebagai "kekerasan anti-Semit yang murni," yang dilakukan oleh individu-individu "dengan latar belakang migrasi," seperti dikutip oleh AFP.
Geert Wilders, pemimpin Partai Kebebasan sayap kanan, yang merupakan bagian dari pemerintah koalisi, menyerukan agar paspor orang-orang dengan kewarganegaraan ganda dicabut.
Politisi tersebut, yang dikenal karena sikap kerasnya terhadap migrasi, menuduh warga Maroko sebagai pemicu kerusuhan.[IT/r]