1
Saturday 17 August 2024 - 23:29
Palestina - AS:

113 Wartawan Nengirim Surat kepada Blinken, Menuntut Embargo Senjata Israel

Story Code : 1154597
Palestinian-journalists-carry-mock-coffins-of-Palestinian-journalists-who-were-killed-during-the-cur
Palestinian-journalists-carry-mock-coffins-of-Palestinian-journalists-who-were-killed-during-the-cur
Para wartawan mengecam pembunuhan lebih dari 160 wartawan Palestina sejak 7 Oktober.

“Sejak 7 Oktober 2023, Zionis Israel telah membunuh lebih dari 160 wartawan Palestina. Ini adalah jumlah wartawan tewas terbesar yang tercatat dalam perang mana pun," demikian bunyi surat yang ditandatangani oleh 113 wartawan, tujuh organisasi kebebasan pers, dan 20 kantor berita.

“Meskipun pemboman Zionis Israel yang membabi buta di Gaza yang berpenduduk padat berarti tidak ada warga sipil yang aman, Zionis Israel juga telah … berulang kali mendokumentasikan penargetan wartawan secara sengaja," tambahnya.

Jurnalis mengecam keterlibatan AS
Dalam surat tersebut, para jurnalis mengecam Amerika Serikat atas dukungannya yang tak tergoyahkan terhadap pendudukan Israel, dan menuduhnya terlibat dalam tindakan Zionis "Israel".

“Tindakan militer Israel tidak mungkin dilakukan tanpa senjata AS, bantuan militer AS, dan dukungan diplomatik AS," demikian pernyataan surat itu, yang menegaskan bahwa "dengan menyediakan senjata yang digunakan untuk membunuh jurnalis secara sengaja, Anda terlibat dalam salah satu penghinaan paling serius terhadap kebebasan pers saat ini."

Pembatasan kebebasan pers di bawah pendudukan Zionis Israel dan genosida di Gaza telah menjadi fenomena yang terus berlangsung sejak 7 Oktober.

Pendudukan tersebut telah membatasi dan menekan liputan media dan berita melalui pemadaman internet, memberlakukan sensor militer pada jurnalis lokal dan internasional, melarang wartawan internasional memasuki Gaza, dan melarang fasilitas media karena alasan keamanan nasional.

“Penargetan jurnalis yang disengaja oleh Israel mengikuti pola lama pemerintah Israel untuk menekan pelaporan yang jujur ​​tentang perlakuannya terhadap warga Palestina dan perangnya di Gaza,” kata surat itu.

Penargetan jurnalis oleh pendudukan
Surat itu menekankan bahwa penargetan jurnalis adalah kejahatan perang menurut hukum internasional, mengingatkan AS tentang hukumnya yang melarang membantu pasukan asing yang terlibat dalam pelanggaran hak asasi manusia, mengacu pada Pembunuhan jurnalis oleh Zionis "Israel" tercatat sebagai yang terbanyak.

Dalam sebuah laporan yang dirilis oleh Federasi Jurnalis Internasional, wartawan yang meliput genosida di Gaza meninggal pada tingkat yang jauh lebih tinggi dibandingkan dengan profesi lainnya.

Laporan tersebut selanjutnya menemukan bahwa 12% jurnalis Gaza telah terbunuh, yang menghubungkan tingkat kematian profesional media yang "luar biasa tinggi" dengan penargetan yang disengaja oleh Zionis Israel.

Pemerintah Zionis Israel memperbarui larangan terhadap Jaringan Media Al Mayadeen

Penyensoran dan penindasan media oleh Zionis "Israel" tidak terbatas pada jurnalis atau liputan Palestina, tetapi juga telah meluas hingga mencakup Al Mayadeen.

Pemerintah pendudukan Zionis Israel menyetujui pada hari Minggu sebuah proposal oleh Menteri Komunikasi Shlomo Karhi untuk memperbarui larangan terhadap Jaringan Media Al Mayadeen. Keputusan tersebut mencakup penyitaan peralatannya dan pemblokiran situs webnya.

Media Zionis Israel melaporkan bahwa Menteri Komunikasi mengejar keputusan pemerintah yang baru setelah memperoleh "pendapat profesional" dari badan keamanan dan menerima persetujuan dari Perdana Menteri Benjamin Netanyahu.

Pada bulan November 2023, Kabinet Keamanan Zionis Israel menyetujui penangguhan Jaringan Media Al Mayadeen di Palestina yang diduduki. Larangan tersebut menyusul pernyataan bersama oleh Menteri Keamanan Pendudukan, Yoav Gallant, dan Menteri Komunikasi, Shlomo Karai, yang menyebut jaringan tersebut sebagai ancaman terhadap "keamanan Zionis Israel" sebagai alasan larangan tersebut.

Keputusan Zionis Israel terhadap Jaringan Al Mayadeen muncul saat jaringan tersebut terus meliput Operasi Banjir Al-Aqsa sejak 7 Oktober hingga saat ini di Jalur Gaza, Tepi Barat, dan al-Quds yang diduduki.[IT/r]
Comment