Laporan: Turki Mungkin Mendirikan Dua Pangkalan Militer di Suriah
Story Code : 1188396
Menurut surat kabar Türki, yang mengutip sumber-sumber Arab yang tidak disebutkan namanya, Turki sedang mempertimbangkan untuk mendirikan dua pangkalan militer di Suriah dan menempatkan jet tempur F-16 di wilayah tersebut.
Laporan tersebut menyatakan bahwa Turki dan Suriah diperkirakan akan menandatangani perjanjian pertahanan bersama dalam waktu dekat. Berdasarkan perjanjian ini, Ankara akan mendukung Damaskus jika menghadapi ancaman yang tidak terduga.
Selain itu, perjanjian ini mencakup ketentuan bagi angkatan bersenjata Turki untuk melatih tentara dan pilot Suriah. Turki juga berencana menempatkan 50 jet tempur F-16 di pangkalan militer baru di Suriah.
Hingga saat ini, otoritas resmi belum memberikan komentar terkait laporan ini.
Laporan tersebut juga mengungkapkan bahwa pemerintahan baru Suriah telah meminta drone, radar, dan sistem perang elektronik dari Turki untuk memperkuat keamanan perbatasan dengan "Israel". Pengiriman drone pertama disebutkan dapat segera dilakukan.
Zionis "Israel" Bangun Pangkalan di Suriah
Dalam perkembangan terkait, pasukan pendudukan Zionis Israel, yang telah menyerang beberapa desa di Suriah di luar zona buffer dan Gunung Hermon, tampaknya tengah bersiap untuk berada di wilayah tersebut dalam waktu lama, menurut spekulasi The Washington Post pada hari Minggu (2/2).
Citra satelit yang ditinjau oleh The Post menunjukkan lebih dari setengah lusin bangunan dan kendaraan dalam pangkalan militer Zionis Israel yang dibentengi, dengan lokasi serupa lainnya lima mil ke selatan. Kedua pangkalan tersebut terhubung oleh jalan tanah baru yang mengarah ke Dataran Tinggi Golan yang diduduki Zionis Israel.
Lebih jauh ke selatan, area yang telah dibersihkan—yang diidentifikasi oleh para ahli sebagai fondasi potensial untuk pangkalan ketiga—juga terlihat.
Pasukan pendudukan Israel kini keluar masuk zona buffer, yang seharusnya tetap demiliterisasi berdasarkan perjanjian gencatan senjata tahun 1974 antara Israel dan Suriah. Namun, Zionis Israel menyatakan bahwa perjanjian tersebut tidak berlaku lagi setelah jatuhnya rezim Assad.
Dua lokasi konstruksi baru ini tampaknya merupakan pangkalan pengamatan militer, menyerupai pangkalan di bagian Dataran Tinggi Golan yang diduduki Zionis Israel. William Goodhind, analis pencitraan dari Contested Ground, menyebut bahwa pangkalan di Jubata al-Khassab lebih berkembang, sementara lokasi di selatan masih dalam tahap pembangunan.
Goodhind mencatat bahwa pangkalan di Jubata al-Khassab memiliki visibilitas yang lebih baik untuk pasukan, sementara pangkalan selatan memiliki akses lebih mudah ke jaringan jalan di wilayah tersebut—keuntungan yang mungkin juga dimiliki pangkalan ketiga jika dibangun lebih lanjut ke selatan.
Oposisi Bersenjata Kuasai Damaskus
Pada 8 Desember, kelompok oposisi bersenjata Suriah merebut kota Damaskus, yang mengakibatkan jatuhnya Presiden Bashar al-Assad, yang kini telah diberikan suaka di Rusia.
Mohammed al-Bashir, mantan pemimpin pemerintahan berbasis di Idlib yang dibentuk oleh Hay’at Tahrir al-Sham dan faksi oposisi lainnya, ditunjuk sebagai Perdana Menteri Sementara.
Ia kemudian mengumumkan pembentukan pemerintahan sementara, yang akan tetap berkuasa hingga Maret 2025. Pada bulan Januari, Ahmad al-Sharaa ditunjuk sebagai Presiden Sementara Suriah, yang kini memimpin administrasi baru.[IT/r]