Lavrov: Hizbullah dan Pemerintah Lebanon Menghindari Merang Skala Penuh dengan Israel, Namun Beberapa Pihak di dalam Rezim Justru Menginginkan Konflik
Story Code : 1148412
Berbicara pada konferensi pers di markas besar PBB di New York pada hari Rabu (17/7), diplomat terkemuka Rusia tersebut mengatakan “ada kecurigaan bahwa beberapa kalangan di Zionis Israel sedang berusaha mencapai hal tersebut.”
Lavrov, mengutip beberapa analis Amerika dan Eropa, menekankan bahwa “eskalasi, seperti yang ditunjukkan oleh perkembangan praktis, adalah sesuatu yang menjadi perhatian Zionis Israel.”
Hizbullah dan Israel telah saling baku tembak sejak awal Oktober, tak lama setelah rezim tersebut melancarkan perang genosida di Gaza menyusul operasi mendadak yang dilakukan oleh kelompok perlawanan Hamas Palestina.
Hizbullah telah berjanji untuk terus melakukan serangan balasan selama rezim Tel Aviv terus melakukan serangan gencar di Gaza.
“Hizbullah sangat terkendali dalam tindakannya,” kata Lavrov lebih lanjut, sambil menambahkan bahwa pemimpinnya, Sayyid Hassan Nasrallah, telah “menyampaikan sejumlah pernyataan publik yang menegaskan kembali posisi tersebut.”
“Namun, sentimen yang ada adalah adanya upaya untuk memprovokasi mereka, dan memprovokasi mereka untuk terlibat secara penuh,” diplomat terkemuka Rusia tersebut memperingatkan.
Menurut penghitungan Associated Press, serangan udara Zionis Israel di Lebanon selatan sejak Oktober telah menewaskan lebih dari 450 orang, sementara serangan balasan Hizbullah telah merenggut 34 nyawa.
Media Zionis Israel mengatakan serangan balasan Hizbullah telah membuat sekitar 60.000 pemukim Zionis Israel mengungsi dari bagian utara wilayah pendudukan.
Perang Zionis Israel di Gaza dikecam sebagai ‘hukuman kolektif’
Di tempat lain dalam sambutannya pada hari Rabu (17/7), Lavrov menekankan bahwa perang Israel di Jalur Gaza yang terkepung telah melewati batas dan sekarang menjadi bentuk “hukuman kolektif” terhadap 2,3 juta warga Palestina di wilayah tersebut.
“Jika menyangkut hukuman kolektif yang melanggar hukum humaniter internasional, seseorang tidak dapat melawan satu bentuk pelanggaran melalui pelanggaran lainnya. Prinsipnya sama di sini,” katanya.
Rezim Tel Aviv telah membunuh sekitar 38.800 warga Palestina, sebagian besar perempuan dan anak-anak, di Gaza, sejak 7 Oktober.
Sejak awal perang, Amerika Serikat telah memasok lebih dari 10.000 ton peralatan militer kepada Israel dan menggunakan hak vetonya terhadap semua resolusi Dewan Keamanan PBB yang menyerukan gencatan senjata segera di Gaza.
Meskipun kampanye pertumpahan darah terus berlanjut, rezim pendudukan sejauh ini gagal mewujudkan dua “tujuan” utamanya, yaitu mengalahkan dan melenyapkan Hamas, dan membebaskan tawanan Zionis Israel.[IT/r]