Netanyahu Memimpin Perang dengan 'Kebodohan' Menuju 'Kekalahan Mutlak'
Story Code : 1128421
Surat kabar Zionis Israel Haaretz menggambarkan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu dalam sebuah laporan pada hari Sabtu (13/4) sebagai orang yang “bodoh” dan “lemah,” karena ia masih belum memahami bahwa tanpa solusi politik, Zionis “Israel” akan terus menjadi sasaran serangan berulang-ulang yang dapat berakibat parah.
Selain itu, media tersebut juga mengatakan bahwa Netanyahu adalah seorang "pembohong, pengecut, panik, dan egois" yang "tidak mampu mengambil keputusan."
Menurut Haaretz, Netanyahu "begitu terpisah dari kenyataan sehingga sesaat sebelum tanggal 7 Oktober 2023, dia mengatakan bahwa situasi internasional Zionis Israel sangat baik" dan bahwa entitas tersebut hampir mencapai "perdamaian dengan sebagian besar negara Arab, termasuk Arab Saudi, tanpa menangani masalah Palestina sama sekali."
“Puncak kebodohan Netanyahu adalah keyakinannya bahwa ia dapat membeli Hamas dengan uang, tanpa menyadari bahwa Hamas adalah “kelompok [Perlawanan] Islam yang ingin menghancurkan Zionis Israel,” lanjutnya.
“Bayangkan apa yang akan terjadi jika Hizbullah juga menyerang pada tanggal 7 Oktober. Netanyahu tidak akan membela wilayah utara seperti yang dia lakukan di perbatasan Gaza.” kata laporan itu dengan nada mengejek. “Semua ini terjadi, dan kami belum membahas apa yang akan terjadi jika Iran, Yaman, Suriah, dan Irak bergabung dalam serangan 7 Oktober secara bersamaan.”
'Kekalahan mutlak'
Setelah bertahun-tahun Netanyahu menyatakan bahwa “Zionis Israel adalah kekuatan besar di kawasan,” dia meminta Amerika Serikat untuk mengirim kapal perangnya ke wilayah tersebut segera setelah Operasi Badai al-Aqsa, dan meminta senjata dan amunisi, kata surat kabar itu.
“Dapatkah Anda bayangkan apa yang akan terjadi jika presiden AS menolak permintaan tersebut?” laporan itu mempertanyakan dengan prihatin.
Hal ini menunjukkan bahwa Netanyahu "memimpin perang dengan kebodohan, karena alih-alih perang singkat di Gaza, perang tersebut malah meluas hingga enam bulan," yang menegaskan "bahwa dia memimpin Israel menuju kekalahan strategis melawan sebuah organisasi kecil meskipun dia tahu betul bahwa seiring berjalannya waktu, ketidaksenangan internasional terhadap Zionis Israel semakin meningkat."
Netanyahu kini membawa entitas tersebut ke arah “kekalahan mutlak” dibandingkan “kemenangan mutlak” yang terus ia janjikan, karena ia telah gagal mencapai tujuan perang dan belum melenyapkan Hamas atau mengembalikan tawanan.[IT/r]