Duta Besar PBB: Iran Mempunyai Hak yang Sah untuk Menanggapi Ancaman Israel
Story Code : 1121274
Dalam sebuah surat kepada PBB Antonio Guterres dan presiden bergilir Dewan Keamanan PBB (DK PBB) Yamazaki Kazuyuki pada hari Kamis (7/3), utusan Iran untuk PBB Amir Saeid Iravani menolak tuduhan dan ancaman Zionis Israel.
“Meskipun memberikan peringatan keras mengenai segala petualangan militer atau kegiatan jahat yang dilakukan oleh rezim Zionis Israel di wilayah tersebut, Republik Islam Iran mempunyai hak yang sah dan melekat, sesuai dengan hukum internasional dan Piagam PBB, untuk mengambil semua tindakan yang diperlukan untuk menanggapi segala ancaman atau serangan yang berasal dari rezim Israel terhadap keamanan dan kepentingan nasional serta rakyatnya,” tulisnya.
Suratnya datang sebagai tanggapan terhadap surat sebelumnya yang ditulis oleh Menteri Luar Negeri Zionis Israel Israel Katz kepada badan dunia tersebut, yang mengklaim bahwa Iran telah meningkatkan pengiriman senjata ke gerakan perlawanan Hizbullah Lebanon.
“Tuduhan dalam surat tersebut sepenuhnya tidak berdasar dan ditolak mentah-mentah. Surat ini mewakili satu lagi upaya sinis rezim Zionis Israel untuk mengalihkan perhatian komunitas internasional dari kekejaman mengerikan yang sedang berlangsung dan tindakan genosida yang dilakukan oleh rezim apartheid terhadap rakyat Palestina di Jalur Gaza.
“Ini juga merupakan upaya menyesatkan yang bertujuan untuk menutupi dan melegitimasi agresi Zionis Israel terhadap Lebanon dan pelanggaran terus-menerus terhadap hukum internasional, Piagam PBB, dan Resolusi DK PBB 1559 (2004) dan 1701 (2006) dengan melontarkan tuduhan tidak berdasar terhadap Iran,” kata duta besar Iran.
“Iran juga menegaskan kembali hak yang melekat pada Republik Arab Suriah dan Lebanon berdasarkan hukum internasional untuk mengambil semua tindakan yang diperlukan sebagai respons terhadap segala ancaman atau serangan dan tindakan agresi rezim Israel terhadap kedaulatan, kemerdekaan, dan integritas wilayah mereka,” kata Iran. diplomat itu menunjukkan.
Meningkatnya tindakan agresi Zionis Israel terhadap Suriah dan Lebanon terjadi setelah serangan gencar rezim Tel Aviv terhadap warga Palestina di Jalur Gaza yang terkepung.
Zionis Israel mengobarkan perang dahsyat di Gaza pada 7 Oktober setelah Hamas melancarkan Operasi Badai al-Aqsa di wilayah pendudukan sebagai pembalasan atas kejahatan gencarnya rezim Tel Aviv terhadap warga Palestina di Tepi Barat yang diduduki.
Sejak dimulainya agresi, rezim Tel Aviv telah membunuh sedikitnya 30.800 warga Palestina, sebagian besar perempuan dan anak-anak, dan melukai 72.298 lainnya.
Zionis Israel juga sering menargetkan posisi militer di Suriah, khususnya gerakan perlawanan Lebanon, Hizbullah, yang memainkan peran penting dalam membantu tentara Suriah dalam perjuangannya melawan teroris yang didukung asing.
Militer Zionis Israel juga telah melakukan serangan terhadap wilayah Lebanon sejak saat itu, yang memicu serangan balasan dari gerakan perlawanan Lebanon, Hizbullah, untuk mendukung rakyat Palestina di Jalur Gaza.
Gerakan ini telah berjanji untuk terus melakukan operasi pembalasan selama rezim Tel Aviv terus melakukan serangan gencar di Gaza.[IT/r]