Perlawanan Irak Melancarkan Serangan Drone ke Lokasi Penyimpanan Bahan Kimia Israel di Pelabuhan Haifa
Story Code : 1120097
Perlawanan Islam di Irak, sebuah kelompok payung pejuang anti-teror, dalam sebuah pernyataan yang dipublikasikan di saluran Telegram pada hari Minggu, mengaku bertanggung jawab atas serangan udara yang menargetkan fasilitas penyimpanan bahan kimia di dalam pelabuhan Haifa yang terjadi dua hari sebelumnya.
Pernyataan tersebut mencatat bahwa serangan itu terjadi “sebagai penolakan terhadap kehadiran militer AS di Irak dan tempat lain di kawasan ini, untuk mendukung rakyat kami di Gaza dan sebagai respons terhadap pembantaian warga sipil Palestina, termasuk anak-anak, wanita, dan orang lanjut usia. oleh entitas perampas.”
Perlawanan Irak menggarisbawahi bahwa mereka akan terus menargetkan rezim pendudukan sampai “penghancuran benteng musuh.”
Bulan lalu, pasukan perlawanan Irak mengatakan mereka telah melakukan serangan pesawat nirawak di pelabuhan Haifa di wilayah pendudukan Zionis Israel.
“Sebagai kelanjutan dari pendekatan kami untuk melawan pendudukan dan mendukung rakyat kami di Gaza, (pejuang kami), dengan menggunakan drone, menyerang pelabuhan Haifa di wilayah pendudukan di Palestina,” kata IRI dalam sebuah pernyataan pada tanggal 1 Februari.
Perlawanan Islam di Irak juga mengaku bertanggung jawab atas serangan yang menargetkan pangkalan militer yang diduduki AS di wilayah tersebut, termasuk serangan pada akhir Januari di perbatasan Yordania dengan Suriah yang menewaskan tiga tentara AS.
Rezim Zionis Israel mengobarkan perang di Gaza pada 7 Oktober setelah Hamas melancarkan Operasi Kejutan Badai Al-Aqsa terhadap entitas pendudukan sebagai tanggapan atas kekejaman rezim Zionis Israel terhadap Palestina.
Sejak dimulainya agresi, Zionis Israel telah membunuh sedikitnya 30.410 warga Palestina, sebagian besar perempuan dan anak-anak, menurut hitungan terbaru Kementerian Kesehatan Gaza.
AS, yang merupakan sekutu tradisional Zionis Israel, telah mendukung serangan Tel Aviv di wilayah Palestina dan memberikan dukungan militer yang luas kepada rezim tersebut sejak awal perang.
Washington juga menggunakan hak vetonya untuk menghalangi resolusi Dewan Keamanan PBB yang menuntut gencatan senjata segera di Gaza.[IT/r]