Irak Mengatakan Asia Barat Tidak Akan Stabil Tanpa Penyelesaian Masalah Palestina
Story Code : 1118406
Kepala negara Irak mengatakan sangat penting untuk mewujudkan hak-hak rakyat Palestina atas penentuan nasib sendiri dan kemerdekaan.
“Kita sekarang tahu satu-satunya cara untuk membentuk masa depan yang aman, stabil dan cerah di kawasan ini adalah melalui pembentukan perdamaian dan peningkatan rasa saling pengertian di antara negara-negara [regional],” kata Rashid dalam pidatonya di Baghdad International keenam. Konferensi Dialog pada hari Sabtu (24/2).
Presiden Irak menggarisbawahi penderitaan yang dialami warga Palestina di tangan rezim pendudukan Zionis Israel, dan menyerukan kepada komunitas internasional untuk mengambil langkah nyata guna mengakhiri kejahatan Zionis Israel terhadap warga Palestina.
Nabil Abu Rudeineh, juru bicara Presiden Mahmoud Abbas dari Otoritas Palestina, mengatakan pada hari Minggu bahwa pembentukan negara Palestina merdeka yang berdaulat dengan al-Quds Timur sebagai ibu kotanya sangat penting untuk menyelesaikan konflik dan memastikan stabilitas di wilayah tersebut.
Abu Rudeineh memperingatkan tantangan-tantangan yang “berbeda dan berbahaya” di masa depan, dan menekankan bahwa posisi Palestina tegas terhadap posisi “ekstremis dan keras kepala” Zionis Israel dan “menentang” AS.
Dia mendesak lebih banyak tindakan Arab dan internasional untuk menghentikan “agresi dan serangan gencar Zionis Israel.” Serangan terus-menerus Zionis Israel terhadap warga Palestina dan tempat-tempat suci mereka di Gaza, Tepi Barat yang diduduki, dan al-Quds Timur tidak akan membawa keamanan dan stabilitas bagi siapa pun, katanya.
Knesset Zionis Israel pada hari Rabu (21/2) memberikan suara untuk mendukung penolakan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu terhadap negara Palestina. Sebelumnya pada hari Minggu (18/2), kabinet Israel menyetujui deklarasi tersebut, menolak pengakuan sepihak atas negara Palestina.
Palestina berharap bisa mendirikan negara merdeka di Jalur Gaza dan Tepi Barat yang terkepung dengan al-Quds Timur sebagai ibu kotanya.
Israel menduduki al-Quds Timur selama Perang Arab-Israel tahun 1967. Mereka mencaplok seluruh kota pada tahun 1980, mengklaim seluruh al-Quds sebagai ibu kotanya yang “abadi dan tidak terbagi” dalam sebuah tindakan yang tidak pernah diakui oleh komunitas internasional.[IT/r]