Irak Menegaskan Kembali Penolakannya terhadap Kehadiran Pasukan Asing di Wilayahnya
Story Code : 1083220
Perdana Menteri menyampaikan pernyataan tersebut kepada Bloomberg pada hari Kamis (21/9) di sela-sela perjalanannya ke New York, tempat ia melakukan perjalanan untuk menghadiri sesi ke-78 Majelis Umum PBB.
“Posisi resmi kami jelas – tidak diperlukan pasukan tempur asing di Irak,” katanya.
“Kami memiliki pasukan keamanan yang mampu menjaga ketertiban,” tambah al-Sudani.
Bulan lalu juga, perdana menteri memuji pengorbanan yang telah dilakukan oleh pasukan militer Irak dalam perang melawan terorisme, dan menyatakan bahwa kehadiran pasukan asing tidak lagi diperlukan di negara tersebut.
Amerika Serikat menginvasi Irak pada tanggal 20 Maret 2003, meninggalkan jejak kehancuran, kematian, dan kekacauan di negara Arab berdasarkan dugaan kepemilikan senjata pemusnah massal di Baghdad, sebuah tuduhan yang kemudian terbukti salah.
AS dan sejumlah sekutunya meluncurkan kembali kampanye militer melawan negara tersebut pada tahun 2014 dengan dalih memerangi kelompok teroris Takfiri Daesh (ISIS/ISIL).
Kelompok ini muncul di Irak dan negara tetangga Suriah sebelumnya ketika Washington kehabisan alasan untuk memperluas campur tangan mereka di kawasan Asia Barat atau memperbesar skalanya.
Militer AS mengklaim akan mengakhiri misi tempurnya di Irak pada tahun 2021 tetapi mengatakan akan mempertahankan sekitar 2.500 tentara di negara tersebut sebagai penasihat, meskipun Baghdad dan sekutunya mengalami kekalahan telak terhadap kelompok teror tersebut pada tahun 2017.[IT/r]