Militer Niger: Prancis Mengerahkan Pasukan di Afrika Barat untuk ‘Agresi’
Story Code : 1080989
“Prancis terus mengerahkan pasukannya di beberapa negara ECOWAS (Komunitas Ekonomi Negara-negara Afrika Barat) sebagai bagian dari persiapan agresi terhadap Niger, yang direncanakan bekerja sama dengan organisasi komunitas ini,” kata juru bicara rezim Niger Kolonel Mayor Amadou Abdramane pada hari Sabtu (9/9). .
Dalam pernyataannya, Abdramane mengatakan Prancis telah mengerahkan pesawat militer, helikopter, dan 40 kendaraan lapis baja ke Pantai Gading dan Benin.
“Pesawat kargo militer telah memungkinkan sejumlah besar material dan peralatan perang diturunkan di Senegal, Pantai Gading dan Benin, dan masih banyak lagi,” tambahnya.
Junta merebut kekuasaan dari Presiden Mohamed Bazoum dalam kudeta pada bulan Juli yang dilakukan oleh pengawal presiden yang kemudian mendapat dukungan dari seluruh kekuatan militer negara tersebut dan negara Muslim.
Sementara itu, hubungan antara Paris dan Niamey memburuk sejak terjadinya kudeta, karena Niamey menolak mengakui penguasa baru Niger dan memberikan dukungan kepada presiden yang digulingkan.
Bulan lalu, para pemimpin militer Niger menyatakan Duta Besar Prancis untuk Niamey sebagai persona non grata dan mencabut kekebalan diplomatiknya.
Prancis memiliki sekitar 1.500 pasukan di Niger.
Sementara itu, junta Niger juga terlibat perselisihan dengan ECOWAS.
Blok Afrika Barat mengancam akan melakukan intervensi militer jika perundingan untuk mengembalikan presiden yang digulingkan itu gagal. ECOWAS memperingatkan bahwa mereka tidak akan terlibat dalam dialog tanpa akhir dengan junta Niger.
Kepala pertahanan dari blok beranggotakan 15 negara tersebut mengatakan bulan lalu bahwa mereka siap untuk mengambil tindakan militer kapan pun perintah diberikan oleh atasan mereka.
“Kami siap berangkat kapan saja ada perintah,” kata Komisaris ECOWAS untuk Urusan Politik, Perdamaian dan Keamanan Abdel-Fatau Musah. “D-Day juga sudah diputuskan, yang tidak akan kami ungkapkan.”
Namun, blok tersebut menambahkan bahwa mereka lebih memilih solusi damai terhadap krisis ini, dan mengambil tindakan militer akan menjadi pilihan terakhir.[IT/r]