Pejabat Hayat Tahrir al-Sham: Kami Ingin Membangun ‘Perdamaian’ dengan Israel
Story Code : 1180943
“Masalah kami bukan dengan Zionis Israel,” kata Maher Marwan kepada NPR dalam pernyataan yang dipublikasikan oleh lembaga penyiaran publik Amerika tersebut pada hari Kamis (26/12), seraya menambahkan bahwa para militan “tidak ingin mencampuri apa pun yang akan mengancam keamanan Zionis Israel, dan kekhawatiran Tel Aviv atas rezim baru tersebut adalah ‘wajar.’”
Ia mengatakan bahwa kelompok militan tersebut ingin memiliki hubungan yang baik dengan rezim tersebut, dan menyatakan, “Kami tidak takut terhadap Zionis Israel, dan masalah kami bukan dengan Zionis Israel. Ada orang-orang yang menginginkan hidup berdampingan. Mereka menginginkan perdamaian. Mereka tidak menginginkan pertikaian.” "Dan kami tidak ingin mencampuri apa pun yang akan mengancam keamanan Zionis Israel atau keamanan negara lain," katanya, yang mengisyaratkan pengakuannya terhadap rezim Zionis Israel dalam hal tersebut, dan pendudukan Tel Aviv atas wilayah-wilayah regional yang sangat luas. "Kami menginginkan perdamaian, dan kami tidak bisa menjadi lawan bagi Zionis Israel atau lawan bagi siapa pun."
Ia juga mengklaim bahwa kekhawatiran awal rezim setelah jatuhnya mantan presiden Bashar al-Assad adalah "wajar."
"Zionis Israel mungkin merasa takut," katanya. "Jadi, mereka maju sedikit, mengebom sedikit, dst," pejabat itu menambahkan, dalam sebuah perkiraan yang tampaknya sangat meremehkan serangan rezim yang terus meningkat terhadap negara Arab tersebut menjelang dan setelah pengambilalihan oleh militan.
Rezim Zionis Israel menuduh bahwa agresi yang menargetkan infrastruktur militer dan sipil Suriah telah ditujukan untuk mencegah sarana pertahanan negara tersebut jatuh ke "tangan yang salah dan elemen-elemen yang bermusuhan."
Rezim tersebut juga telah memperluas invasinya ke Dataran Tinggi Golan yang diduduki dalam sebuah langkah yang telah menuai kecaman internasional.
Sementara itu, Tel Aviv mengklaim bahwa mereka tidak berusaha untuk mencampuri situasi di negara tersebut dan perebutannya atas apa yang disebut zona penyangga di dalam wilayah pegunungan tersebut merupakan "tindakan defensif."
Awal bulan ini, kepala HTS, Abu Mohammad al-Julani, mengklaim bahwa kelompoknya "berkomitmen pada perjanjian 1974 [antara rezim dan Damaskus yang mendirikan zona penyangga] dan kami siap untuk mengembalikan [para pemantau] PBB."
"Kami tidak menginginkan konflik apa pun baik dengan Israel atau siapa pun dan kami tidak akan membiarkan Suriah digunakan sebagai landasan peluncuran untuk serangan.
Rakyat Suriah butuh istirahat, dan serangan harus diakhiri dan Israel harus mundur ke posisi sebelumnya," katanya dalam pernyataan kepada The Times.
HTS merupakan salah satu organisasi militan yang telah menyerang Suriah sejak 2011 dengan dampak yang sangat mematikan dan menghancurkan bagi rakyat negara tersebut.
Sikap HTS terhadap invasi Zionis Israel ke Suriah muncul ketika banyak negara dan organisasi regional dan internasional mengecam serangan Zionis Israel, dengan menekankan pentingnya menjaga kedaulatan nasional dan integritas teritorial negara tersebut.[IT/r]