Moskow Mengatakan Telah Melakukan Kontak dengan Para ‘Jihadis’ Suriah
Story Code : 1178086
Para diplomat Rusia di Damaskus telah bertemu dengan perwakilan Hayat Tahrir al-Sham, kelompok teroris yang baru-baru ini merebut kekuasaan di Suriah, ungkap Wakil Menteri Luar Negeri Mikhail Bogdanov.
HTS, yang sebelumnya dikenal sebagai Front Al-Nusra, melancarkan serangan mendadak dari Idlib pada akhir November, merebut Damaskus minggu lalu setelah perlawanan simbolis dari tentara Suriah.
Presiden Bashar Assad sejak itu telah diberikan suaka di Moskow.
"Kontak telah dibuat dengan komite politik [HTS], yang saat ini bekerja di salah satu hotel di Damaskus," kata Bogdanov kepada wartawan di Moskow pada hari Kamis (12/12).
"Perwakilan kedutaan kami bertemu dengan mereka dan membahas berbagai isu, pertama-tama memastikan keamanan misi diplomatik kami dan warga negara Rusia yang berada di wilayah Suriah," tambahnya.
Bogdanov menggambarkan diskusi tersebut sebagai "berjalan dengan cara yang konstruktif," dan mengatakan bahwa Moskow berharap HTS memenuhi semua janji yang telah dibuatnya karena mereka "bertanggung jawab atas situasi di kota tersebut."
Yang terpenting, katanya, para militan perlu "mencegah segala bentuk ekses dan memastikan keselamatan perwakilan diplomatik negara asing, termasuk kedutaan Rusia."
Rusia mengirim pasukan ekspedisi ke Suriah pada tahun 2015, membantu Assad memerangi teroris ISIS serta Al-Nusra dan kelompok lainnya. Menurut Bogdanov, misi kontraterorisme Moskow belum berakhir.
"Pangkalan-pangkalan itu tetap berada di wilayah Suriah, tempat mereka berada," kata diplomat itu kepada wartawan, merujuk pada fasilitas angkatan laut di Tartus dan Pangkalan Udara Khmeimim di dekat Latakia.
Pemerintah Suriah sebelumnya menyewakan kedua lokasi tersebut kepada Rusia hingga tahun 2066, tetapi masih harus dilihat apakah rezim baru akan menghormati kesepakatan ini.
Sementara itu, sebagian besar kemampuan militer Suriah telah hancur dalam beberapa hari terakhir akibat serangkaian serangan udara Zionis Israel ketika Yerusalem Barat memanfaatkan kesempatan tersebut untuk menimbulkan kerusakan pada bandara, pangkalan angkatan laut, lokasi pertahanan udara, dan kawasan industri.[IT/r]