Qatar Menyatakan Prihatin atas Suriah; Kesepakatan Gaza Memperoleh Momentum
Story Code : 1177029
Menteri Luar Negeri Qatar mengadakan diskusi dengan mitranya dari Turki, Yordania, dan Iran mengenai perkembangan terkini di Suriah, serta situasi yang sedang berlangsung di Gaza dan wilayah Palestina yang diduduki, Doha mengumumkan pada hari Sabtu.
Syekh Mohammed bin Abdulrahman al-Thani, yang juga menjabat sebagai Perdana Menteri Qatar, terlibat dalam pembicaraan telepon dengan Menteri Luar Negeri Turki Hakan Fidan, Menteri Luar Negeri Iran Abbas Araghchi, dan Menteri Luar Negeri Yordania Ayman Safadi, Kementerian Luar Negeri Qatar menyatakan.
Disebutkan bahwa percakapan difokuskan pada penguatan hubungan bilateral dan peningkatan kerja sama, sementara juga mengatasi krisis kemanusiaan di Gaza dan wilayah Palestina.
Situasi di Suriah, yang telah melihat kemajuan oleh militan oposisi terhadap Tentara Suriah dalam beberapa hari terakhir, juga dibahas.
Al-Thani menyampaikan kekhawatiran mendalam negaranya atas situasi di Suriah, dengan menekankan perlunya melindungi warga sipil dari dampak krisis yang sedang berlangsung, kata Kementerian tersebut.
Dalam diskusinya dengan pejabat Turki dan Iran, al-Thani menegaskan kembali posisi teguh Qatar dalam mengadvokasi dialog dan saling pengertian di antara semua pihak untuk menyelesaikan krisis Suriah, sejalan dengan resolusi internasional, termasuk Resolusi Dewan Keamanan PBB 2254, pernyataan tersebut menambahkan.
Diadopsi pada bulan Desember 2015, Resolusi 2254 menyerukan perundingan damai dan solusi politik untuk konflik tersebut sambil menegakkan kedaulatan dan kemerdekaan Suriah.
Pada Forum Dialog Politik Doha, al-Thani menilai bahwa Presiden Suriah Bashar al-Assad "tidak memanfaatkan peluang ini untuk mulai terlibat dan memulihkan hubungannya dengan rakyatnya, dan kami tidak melihat adanya gerakan serius, baik itu mengenai pemulangan para pengungsi atau mengenai rekonsiliasi dengan rakyatnya sendiri."
Ia memperingatkan bahwa situasi tersebut mungkin menjadi "semakin berbahaya," mengancam kembalinya ke tingkat "perang saudara" yang lebih intens.
Sheikh Mohammed menambahkan hasil seperti itu akan "merusak dan menghancurkan apa yang tersisa, jika tidak ada rasa urgensi untuk mulai meletakkan (pada tempatnya) kerangka politik untuk apa yang terjadi di sana... guna menemukan solusi politik."[IT/r]