Iran: Kemenangan Trump adalah Kesempatan bagi AS untuk Merevisi 'Kebijakan yang Salah'
Story Code : 1171287
Juru bicara Kementerian Luar Negeri Esmaeili Baghaei mengatakan pada hari Kamis (7/11) bahwa kemenangan Trump adalah kesempatan bagi Amerika Serikat untuk menilai kembali "kebijakan yang salah" di masa lalu. AS, di bawah presiden Trump saat itu, pada tahun 2018 secara sepihak menarik diri dari perjanjian nuklir yang ditandatangani pada tahun 2015 dengan Iran dan memberlakukan serangkaian sanksi kejam terhadap Republik Islam tersebut.
"Kami memiliki pengalaman yang sangat pahit dengan kebijakan dan pendekatan berbagai pemerintah AS di masa lalu," kata Baghaei seperti dikutip oleh kantor berita IRNA.
Hasil "pemilu adalah kesempatan untuk meninjau dan merevisi pendekatan yang salah di masa lalu," tambahnya. Baghaei menegaskan kembali posisi Iran sebelumnya bahwa hasil pemilu AS tidak penting bagi Republik Islam.
"Pilihan presiden Amerika adalah tanggung jawab rakyat negara itu, dan sekarang rakyat Amerika telah membuat pilihan mereka," katanya.
"Yang penting bagi Iran adalah kinerja pemerintah Amerika sebagai kriteria evaluasi," tambahnya.
Pada hari Rabu, juru bicara Pemerintah Iran Fatemeh Mohajerani juga mengatakan kepada wartawan di Tehran bahwa Iran tidak melihat perbedaan antara Trump dan saingannya dalam pemilihan Demokrat Kamala Harris.
"Pemilihan presiden AS tidak ada hubungannya dengan kami. Kebijakan umum AS dan Iran bersifat konstan," katanya. "Tidak masalah siapa yang menjadi presiden di Amerika Serikat karena semua perencanaan yang diperlukan telah dibuat sebelumnya," kata Mohajerani, menjelaskan bahwa Iran siap menghadapi sanksi baru apa pun.
"Pada dasarnya, kami tidak melihat adanya perbedaan antara kedua orang ini [Trump dan Harris]. Sanksi telah memperkuat kekuatan internal Iran dan kami memiliki kekuatan untuk menghadapi sanksi baru," jelasnya lebih lanjut.
Dalam kebangkitan politik yang menakjubkan dengan konsekuensi yang tidak dapat diprediksi bagi dunia, Trump secara resmi menjadi presiden AS ke-47 pada hari Rabu setelah memenangkan mayoritas suara Electoral College.
Sejauh ini, Trump telah memenangkan 295 suara elektoral dan Harris 226. Dia mengamankan masa jabatan kedua yang tidak berturut-turut hampir empat tahun setelah dia meninggalkan Gedung Putih menyusul kekalahan besar dari saingannya dari Demokrat Joe Biden.[IT/r]