Mengapa Serangan Istishhadi Palestina di Tepi Barat Meningkat?
Story Code : 1170849
Menurut laporan PBB, sejak 7 Oktober 2023, lebih dari 600 warga Palestina tewas di Tepi Barat di tangan pasukan Israel.
Selain itu, kekerasan terhadap warga Tepi Barat tidak hanya dilakukan oleh tentara Israel. Otoritas Israel memberdayakan para pemukim dan mendorong mereka untuk menyerang komunitas Palestina. Serangan seperti itu biasa terjadi sebelum 7 Oktober, tetapi pada tahun lalu, bersamaan dengan perang Gaza, serangan pemukim meningkat tajam. Tahun lalu, PBB mencatat 1.250 serangan oleh para pemukim. Dalam serangan-serangan ini, setidaknya 120 orang tewas atau terluka, dan setidaknya 1.000 kasus kerusakan pada properti Palestina tercatat. Para pemukim juga menyerang komunitas Palestina dan mengusir mereka dari tanah dan rumah mereka. Lebih dari 1.200 warga Palestina terpaksa meninggalkan rumah mereka karena serangan harian oleh para pemukim Yahudi. Selain itu, lebih dari 3.000 orang telah mengungsi karena penghancuran rumah-rumah mereka oleh tentara Israel.
Rezim Israel telah lama membatasi pergerakan warga Palestina di Tepi Barat dan membangun tembok pemisah dan jalan khusus orang Yahudi, serta pos-pos pemeriksaan di seluruh wilayah yang diduduki. Sejak 7 Oktober, pergerakan warga Palestina antara desa dan kota menjadi lebih dibatasi. Jumlah blokade jalan dan pos pemeriksaan sementara Israel telah meningkat dari sekitar 200 pos pada bulan Oktober menjadi lebih dari 790 pada awal Juni. Beberapa jalan yang menghubungkan komunitas hanya dibuka untuk jam-jam terbatas. Jadi, sementara permukiman Yahudi di Tepi Barat terhubung dengan baik melalui jalan dan infrastruktur, wilayah tempat tinggal warga Palestina menjadi daerah yang terputus satu sama lain.
Serangan Istishadi (bunuh diri), respons terhadap penindasan
Operasi istishhadi terbaru oleh warga Palestina beberapa hari lalu menyebabkan kematian dan cedera sedikitnya 20 warga Israel. Operasi ini dilakukan sebagai respons terhadap pendudukan dan apartheid yang terus berlanjut di Tepi Barat.
Hal yang perlu kita pertimbangkan tentang serangan istishhadi di Tepi Barat dan wilayah pendudukan lainnya adalah bahwa para penyerang benar-benar mengorbankan nyawa mereka. Mengingat pemukim Israel takut akan peningkatan operasi semacam itu, mereka berusaha keras untuk mencegahnya. Pemukim menganiaya keluarga para penyerang, menghancurkan rumah-rumah mereka dan bahkan memaksa mereka membayar biaya penghancuran. Jadi, seseorang yang menyerang warga Israel dengan pisau atau mobil sebenarnya tidak melakukan pekerjaan yang mudah. Ia sebenarnya telah mencapai taraf pengorbanan dan keberanian yang tidak hanya meninggalkan rumah dan keluarganya, tapi juga mengorbankan seluruh hidupnya untuk perjuangan anti-pendudukan.
Enam bulan lalu, Channel 12 Israel membunyikan lonceng peringatan tentang maraknya serangan istishhadi, dengan mengatakan bahwa sejak awal tahun 2023, Palestina berhasil membunuh 20 orang Israel. Angka ini memang meningkat sekarang. Oleh karena itu, suasana penindasan di Tepi Barat menjadi kekuatan pendorong di balik serangan istishhadi Palestina yang mulai berdampak pada pendudukan Israel.[IT/AR]