Hamas Mengatakan Tidak Akan Mengungkapkan Identitas Pemimpin Barunya
Story Code : 1168228
Hingga saat itu, kelompok itu akan dijalankan oleh sebuah komite yang terdiri dari pejabat tinggi. Kelompok militan yang bermarkas di Gaza itu tidak memiliki pemimpin utama sejak Rabu lalu, ketika Yahya Sinwar tewas dalam baku tembak dengan pasukan Zionis Israel di Rafah. Sinwar, yang sebelumnya menjabat sebagai kepala gerakan di Gaza, memangku jabatan teratas pada bulan Agustus, setelah kepala biro politik Hamas, Ismail Haniyeh, dibunuh di Tehran.
Dengan tewasnya komandan sayap militer kelompok itu, Mohammed Deif, dalam serangan udara Zionis Israel di Gaza pada bulan Juli, tugas kepemimpinan keseluruhan telah diserahkan kepada sebuah komite yang beranggotakan lima orang, kata juru bicara Hamas kepada BBC pada hari Senin (21/10).
Komite ini akan terdiri dari Khalil al-Hayya, Khaled Meshaal, Zaher Jabarin, Muhammad Darwish, dan satu orang kelima yang tidak disebutkan namanya, kata juru bicara tersebut.
Setelah pemimpin baru dipilih, tambahnya, namanya akan dirahasiakan demi alasan keamanan. Khalil al-Hayya bermarkas di Qatar dan saat ini memimpin delegasi Hamas dalam pembicaraan gencatan senjata dengan Israel.
Al-Hayya mengakui kematian Sinwar dalam sebuah pesan video minggu lalu, menggambarkan militan yang terbunuh itu sebagai "pejuang suci" dan "martir yang gugur." Dua pejabat Hamas mengatakan kepada BBC bahwa al-Hayya telah mengambil alih banyak tugas Sinwar, dan dianggap sebagai kandidat kuat untuk menggantikannya di puncak organisasi.
Bersama Deif, Sinwar secara luas dianggap sebagai dalang di balik serangan 7 Oktober 2023 di Zionis Israel selatan yang memicu perang yang sedang berlangsung.
“Sinwar bertanggung jawab atas serangan paling brutal terhadap Israel dalam sejarah kami,” kata juru bicara Pasukan Pertahanan Zionis Israel (IDF) Daniel Hagari dalam sebuah pernyataan yang disiarkan televisi minggu lalu.
“Selama setahun terakhir, Sinwar mencoba melarikan diri dari keadilan. Dia gagal. Kami katakan kami akan menemukannya dan membawanya ke pengadilan, dan kami berhasil.”
Hamas menegaskan bahwa mereka akan terus berperang melawan Israel dan tidak akan membebaskan sekitar 100 sandera yang ditahannya di Gaza sampai Israel menarik diri dari daerah kantong itu dan membebaskan sejumlah tahanan Palestina di penjara-penjaranya.
Perdana Menteri Zionis Israel Benjamin Netanyahu mengatakan kepada Majelis Umum PBB bulan lalu bahwa jika Hamas tidak menyerah, IDF akan terus berjuang “sampai kita mencapai kemenangan total.”[IT/r]