Presiden AS telah mendesak Zionis Israel untuk “menghilangkan” kelompok militan Palestina
Biden melontarkan argumen tersebut dalam debat hari Kamis (27/6) dengan penantangnya, mantan Presiden Donald Trump, yang dipandu oleh CNN.
“Hamas tidak bisa dibiarkan berlanjut. Kami terus mengirimkan para ahli dan orang-orang intelijen kami untuk mencari cara bagaimana mereka bisa mengalahkan Hamas seperti yang kami lakukan pada Bin Laden,” kata Biden. “Dan ngomong-ngomong, mereka sudah sangat lemah, Hamas, sangat lemah, dan memang seharusnya begitu. Mereka harus dilenyapkan.”
Biden mengklaim bahwa satu-satunya penolakan pemerintahnya terhadap Zionis Israel, dalam hal persenjataan, adalah bom seberat dua ton yang “tidak berfungsi dengan baik di daerah berpenduduk” dan “membunuh banyak orang yang tidak bersalah.” Perdana Menteri Zionis Israel Benjamin Netanyahu berpendapat sebaliknya.
Trump membidik narasi Biden bahwa “satu-satunya yang ingin perang berlanjut adalah Hamas,” sementara Zionis Israel telah menyetujui proposal gencatan senjata yang diajukan oleh Washington.
“Dia mengatakan satu-satunya yang ingin terus maju adalah Hamas. Sebenarnya, Israel adalah satu-satunya, dan Anda harus membiarkan mereka pergi dan membiarkan mereka menyelesaikan tugasnya,” kata Trump. “Dia tidak mau melakukannya. Dia telah menjadi seperti orang Palestina. Tapi, mereka tidak menyukainya karena dia orang Palestina yang sangat buruk. Dia adalah orang yang lemah.”
Biden memprotes pemerintahannya yang “menyelamatkan Zionis Israel” dengan mencegat serangan drone dan rudal Iran pada bulan April. “Kami adalah penghasil dukungan terbesar bagi Zionis Israel dibandingkan siapa pun di dunia,” tegas pemimpin petahana AS tersebut.
Trump telah menjadi pembela Zionis Israel yang blak-blakan, baik saat masih menjabat maupun sejak saat itu. Sementara itu, Partai Demokrat telah berjuang untuk merekonsiliasi kebijakan mereka yang mendukung negara Yahudi dan meningkatnya kebencian warga Palestina dan Arab-Amerika di antara basis pemilih mereka.
Konflik saat ini dipicu oleh serangan mendadak Hamas pada 7 Oktober ke Israel selatan, yang menewaskan sekitar 1.200 orang dan 250 orang ditawan. Zionis Israel menanggapinya dengan memblokade Gaza dan melancarkan kampanye pengeboman yang diikuti dengan invasi darat. Hampir 38.000 warga Palestina telah terbunuh sejak 7 Oktober, menurut otoritas kesehatan yang dikelola Hamas di wilayah tersebut.[IT/r]