Ribuan Pengunjuk Rasa Anti-Rezim Berkumpul Di Luar Rumah Netanyahu
Story Code : 1144420
Protes tersebut berlangsung pada hari Kamis (27/6), dengan para peserta berteriak melalui megafon dan menabuh snare drum.
Banyak di antara massa yang meneriakkan dukungan mereka untuk mencapai kesepakatan untuk membebaskan tawanan Israel yang ditahan di Gaza oleh perlawanan Palestina.
Para pengunjuk rasa juga menyerukan pemilihan umum dini. "Kami telah ditinggalkan - Pemilu sekarang!" bacalah salah satu tanda yang menjulang di atas kerumunan.
Pada hari berikutnya, pengunjuk rasa memblokir lalu lintas dan menyalakan api unggun besar di jalan.
Berbeda dengan demonstrasi sebelumnya, protes kali ini tidak terjadi bentrokan besar dengan petugas polisi yang berdiri di barikade.
Protes semacam ini semakin sering terjadi seiring dengan berkecamuknya perang di Gaza dan pertempuran dengan gerakan perlawanan Hizbullah di Lebanon yang terancam meningkat.
Sekitar 250 warga Israel ditawan pada 7 Oktober tahun lalu dalam operasi pembalasan bersejarah oleh gerakan perlawanan Gaza terhadap entitas perampas kekuasaan. Rezim merespons dengan melancarkan perang yang sejauh ini telah menewaskan sedikitnya 37.765 warga Palestina, sebagian besar perempuan dan anak-anak.
Kesepakatan gencatan senjata selama seminggu yang disetujui pada bulan November menghasilkan pembebasan 105 tawanan Hamas sebagai imbalan atas sekitar 240 warga Palestina yang ditahan di penjara-penjara Zionis Israel.
Gerakan ini kemudian menyetujui dua usulan gencatan senjata lagi. Namun Tel Aviv menolak satu usulan dan menolak menanggapi usulan lainnya, sembari meningkatkan perang, sesuatu yang menyebabkan kematian beberapa tawanan yang tersisa.
Ribuan warga Zionis Israel berunjuk rasa menentang kebijakan Netanyahu, menuntut pencopotannya dari kekuasaan.#FreePalestine pic.twitter.com/KKLRS10DsB
— Sorotan Palestina (@PalHighlight) 28 Juni 2024
Zionis Israel yakin lebih dari 100 tawanan masih ditahan di Jalur Gaza dan lebih dari 70 di antaranya masih hidup.
Oposisi Zionis Israel mengatakan Netanyahu memperpanjang perang karena ia yakin “masa depan politiknya” akan berakhir jika perang berhenti, sehingga berpotensi mengarah pada persidangan atas tuduhan korupsi di masa lalu.
Netanyahu menghadapi tuduhan suap, penipuan, dan pelanggaran kepercayaan dalam tiga kasus yang diajukan pada tahun 2019.[IT/r]