Presiden Indonesia Mengeluarkan Peringatan Tentang Perang Dingin Baru
Story Code : 1024862
Presiden yang akrab disapa Jokowi itu dalam pidato pembukaannya pada pertemuan hari Selasa (15/11) itu menekankan bahwa negara-negara ekonomi terkemuka dunia, yang terdiri dari G20, berbagi tanggung jawab terhadap kemanusiaan.
“Bertanggung jawab berarti tidak menciptakan situasi zero-sum, bertanggung jawab di sini juga berarti kita harus mengakhiri perang. Jika perang tidak berakhir, akan sulit bagi dunia untuk bergerak maju,” katanya, mengacu pada konflik di Ukraina.
Widodo memperingatkan para pemimpin G20 agar tidak meningkatkan persaingan global dan kembali ke bentuk konfrontasi yang menentukan paruh kedua abad ke-20.
“Kita seharusnya tidak membagi dunia menjadi beberapa bagian. Kita tidak boleh membiarkan dunia jatuh ke dalam perang dingin lainnya,” dia mendesak para tamunya, menyerukan kebijaksanaan, kepemimpinan, dan kerja sama.
KTT G20 sebagian besar dibayangi oleh konflik Ukraina, yang dimulai hampir sembilan bulan lalu, juga mengadu domba Rusia dengan AS dan sekutunya, yang telah berjanji untuk mempersenjatai dan mendanai Kiev "selama diperlukan" untuk mengalahkan Moskow di medan perang. Mereka juga memberlakukan sanksi ekonomi yang keras terhadap Rusia.
Sanksi tersebut gagal mendapatkan dukungan dari beberapa ekonomi terkemuka dunia, terutama China, India, dan Brasil.
Beijing, yang mengkritik keputusan Moskow untuk mengirim pasukan ke Ukraina, juga menyalahkan tindakan Washington dan perluasan NATO sebagai akar penyebab krisis.
Pemimpin Indonesia menyerukan langkah segera untuk mengatasi kekurangan pangan dan pupuk di pasar global. Kedua masalah tersebut diperburuk oleh sanksi anti-Rusia. Moskow mengatakan sebagian besar tidak dapat mengekspor biji-bijian dan pupuk, karena pembatasan yang memengaruhi asuransi untuk kapal dagang dan layanan pelabuhan.
Sebelum KTT G20, Presiden Widodo menolak tekanan dari negara-negara Barat untuk mengecualikan Presiden Rusia Vladimir Putin dari pertemuan tersebut. Putin akhirnya menolak undangan Widodo, alih-alih mengirim Menteri Luar Negeri Sergey Lavrov untuk memimpin delegasi Rusia.[IT/r]