Jika Kurban adalah Anak-anak, maka Haji adalah Gaza
Story Code : 1142258
Perang selama delapan bulan, dan dua kali Ied (Hari Raya) sejauh ini, telah menyebabkan 37.337 orang Palestina menjadi martir, dan 85.299 orang terluka.
Hitungan terbaru yang dirilis oleh Kantor Media Pemerintah Gaza menemukan bahwa 15.694 anak-anak Palestina telah menjadi martir sejak 7 Oktober.
Pada hari pertama Idul Adha, jamaah haji dan umat Islam pada umumnya menyembelih hewan kurban untuk mengenang persembahan Nabi Ibrahim AS. Ini adalah kisah kuno tentang kesediaan Rasulullah untuk mengorbankan putranya, Nabi Ismail [AS], sebagai tindakan ketaatan terhadap ujian Allah.
Ketika semua orang mengorbankan hewan untuk memberi makan orang-orang miskin di dunia, orang-orang di Gaza dan Lebanon Selatan masih mengorbankan daging dan darah mereka untuk menyelamatkan tanah tempat mereka berada. Tanah nenek moyang mereka, yang telah diduduki, diserang, dan dicuri, terbukti menjadi tolok ukur segala sesuatu yang berharga.
Pada hari pertama Idul Adha, militer pendudukan Zionis ‘Israel’ telah melakukan setidaknya tiga pembantaian. Pembantaian tersebut merenggut nyawa 41 warga Palestina, dan menyebabkan lebih dari 102 orang terluka. Satu serangan terhadap sebuah rumah di Kamp Al-Bureij di Gaza tengah telah menyebabkan sembilan orang syahid, enam di antaranya adalah anak-anak.
Juga pada hari ini, seorang ibu pengungsi bersama keempat anaknya terluka di Shaqra, Lebanon Selatan. Mereka cedera disebabkan oleh serangan pendudukan Zionis ‘Israel’ yang menargetkan tempat di mana mereka mencari perlindungan setelah meninggalkan rumah mereka di desa lain di Lebanon Selatan, Houla.
Meski mengalami penderitaan yang sama, tingkat pengorbanan di Gaza melebihi Lebanon Selatan. Anak-anak di wilayah yang terkepung sangat membutuhkan bantuan karena segala hal yang telah mereka lalui sejak awal perang.
Dengan berlanjutnya pembatasan akses kemanusiaan, masyarakat di Gaza terus menghadapi tingkat kelaparan yang sangat parah. Menurut catatan UNRWA, lebih dari 50.000 anak memerlukan pengobatan karena kekurangan gizi akut. Selain itu, 625.000 anak di seluruh Gaza tidak mendapat pendidikan karena sekolah terpaksa ditutup sejak 7 Oktober.
Pada tahun 2023, lebih dari 3.000 izin bagi anak-anak Palestina untuk meninggalkan Jalur Gaza dan Tepi Barat yang diduduki untuk mendapatkan perawatan medis ditolak atau ditunda. Oleh karena itu, anak-anak terpaksa membayar harga tertinggi yang mampu dibayar oleh anak-anak di dunia; masa kecil mereka. Kalau tidak terluka, menjadi yatim piatu, trauma, atau memikul tanggung jawab yang lebih besar dari mereka, anak-anak di Gaza sudah pasti menjadi martir.
Meskipun sudah 18 tahun sejak pengepungan Zionis ‘Israel’ diberlakukan di Jalur Gaza, hari-hari ini tidak ada tandingannya dalam sejarah wilayah tersebut. Dengan jumlah anak-anak yang mencapai 47% dari populasi Gaza, lebih dari dua juta orang Palestina terpaksa menghadapi bencana dengan kelangkaan makanan, air, dan obat-obatan.
Ketika anak-anak di dunia menikmati Idul Adha setiap hari, anak-anak di Gaza dan Lebanon Selatan menikmati hidup satu hari lagi di tanah milik mereka, tanah yang mereka cintai dan tidak pernah ragu untuk memberikan nyawa mereka demi pembebasannya.
Gaza menjadi korban dan anak-anaknya menjadi korban demi menjaga martabat umat Islam. Gaza, Lebanon Selatan, Yaman, dan Irak melakukan perlawanan atas nama umat Islam. Mereka berperang melawan musuh semua, yang di dalamnya makna haji yang sesungguhnya tersampaikan dalam aksi gagah berani mereka.
Pendekatan Ibrahim terhadap haji berarti penolakan yang jelas terhadap musuh, yang saat ini menjadi lebih penting dari sebelumnya, menurut penilaian Pemimpin Revolusi Islam Imam Sayyid Ali Khamenei mengenai situasi tersebut.
Penolakan ini harus ditunjukkan dalam kata-kata dan tindakan negara-negara dan pemerintah, dan harus menghalangi tindakan para pembunuh, menurut Imam Khamenei.
Imam Khamenei merujuk pada kekejaman yang belum pernah terjadi sebelumnya di Gaza. “Tragedi di Gaza dan keberanian rezim Zionis yang kejam, yang merupakan perwujudan kekejaman, tidak memberikan ruang bagi toleransi oleh individu, pemerintah, atau denominasi Muslim mana pun.”
Nabi Muhammad [SAW] telah menetapkan aturan ketika mengatakan bahwa “Orang-orang yang beriman dalam kebaikan, kasih sayang, dan simpati mereka adalah seperti satu tubuh. Ketika salah satu anggota tubuh menderita, seluruh tubuh meresponsnya dengan terjaga dan demam.”
Tidak diperlukan pengukuran lain untuk mengetahui bahwa ibadah haji yang sebenarnya sedang berlangsung di Gaza, di Lebanon Selatan, dan setiap front berani menunjukkan penolakan yang jelas terhadap musuh-musuh umat manusia. Dan pola pikir orang-orang yang rela membayar berapapun demi pembebasan adalah “tanah adalah milikku dan darah adalah pengorbananku.”[IT/r]