Saat menyambut menteri pertahanan Beijing, Teheran menyerukan kemitraan strategis untuk menciptakan ketertiban dan stabilitas.
Raisi mengatakan bahwa keberhasilan implementasi perjanjian kerja sama strategis 25 tahun antara kedua negara, yang ditandatangani pada tahun 2021, merupakan prioritas bagi Tehran, menurut media pemerintah.
“Menghadapi unilateralisme dan menciptakan stabilitas dan ketertiban dimungkinkan melalui kerja sama kekuatan independen dan berpikiran sama,” kata Raisi seperti dikutip oleh kantor berita IRNA. Dia menambahkan bahwa “perkembangan regional dan global saat ini menunjukkan lebih dari sebelumnya nilai kerja sama strategis Iran-China.”
Wei mengatakan kunjungannya ditujukan untuk "meningkatkan kerja sama pertahanan strategis" antara Teheran dan Beijing, yang akan memiliki dampak "luar biasa" dalam memerangi terorisme dan meredakan unilateralisme, "terutama dalam situasi kritis dan tegang saat ini."
Wei juga bertemu dengan Menteri Pertahanan Iran Jenderal Mohammed Reza Ashtiani dan dikabarkan mengundangnya untuk mengunjungi China. Dalam pertemuan mereka, Ashtiani menekankan “perlunya untuk melawan hegemoni Amerika di dunia dengan memperkuat multilateralisme,” menurut sebuah pernyataan oleh Kementerian Pertahanan Iran.
Ashtiani juga mengkritik kehadiran militer AS di Timur Tengah dan di tempat lain, dengan mengatakan bahwa “di mana pun AS memiliki kehadiran militer, itu telah menciptakan gelombang ketidakamanan, ketidakstabilan, keretakan, pesimisme, perang, kehancuran, dan pemindahan,” menurut IRNA.
Mayor Jenderal Mohammed Bagheri, kepala staf angkatan bersenjata Iran, juga bertemu dengan pengunjung China itu, dan menawarkan beberapa rincian tentang bentuk kerja sama mereka ke depan.
“Kami sepakat untuk memperluas kerja sama bilateral dalam latihan militer bersama, pertukaran strategi, masalah pelatihan, dan bidang umum lainnya antara angkatan bersenjata kedua negara sehingga kami dapat memberikan keamanan yang lebih baik bagi kedua negara,” kata Bagheri kepada wartawan di Tehran, Rabu (27/4).
Perjanjian kerja sama strategis 2021 telah membuka jalan bagi kerja sama militer antara Iran dan China, tetapi juga berbagai kegiatan ekonomi mulai dari perdagangan minyak hingga transportasi dan pertanian.
Iran berada di bawah sanksi sepihak AS sejak 2018, ketika pemerintahan Trump mengingkari kesepakatan nuklir 2015. China adalah salah satu penandatangan pakta asli, bersama dengan Inggris, Prancis, Jerman, dan Rusia. Pemerintah AS saat ini telah mengatakan ingin memulihkan perjanjian, tetapi pembicaraan tidak berhasil karena penolakan Washington untuk mencabut sanksi terhadap Tehran.[IT/r]