PBB: Ekonomi Afghanistan Jatuh ke 'Spiral Kematian'
Story Code : 986740
Sekitar 95 persen warga Afghanistan tidak memiliki cukup makanan dan sembilan juta berisiko kelaparan, Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres mengatakan pada konferensi virtual donor yang diselenggarakan bersama oleh Inggris, Jerman, dan Qatar pada hari Kamis (31/3).
"Tanpa tindakan segera, kita menghadapi krisis kelaparan dan kekurangan gizi di Afghanistan ...," tambahnya, dengan mengatakan, "Langkah pertama dalam setiap tanggapan kemanusiaan yang berarti harus menghentikan spiral kematian ekonomi Afghanistan."
PBB sedang mencari rekor pendanaan $4,4 miliar untuk negara yang dilanda konflik tahun ini tetapi sejauh ini telah mencapai kurang dari 13 persen dari tujuannya.
Negara-negara Barat khususnya didesak untuk tidak meninggalkan rakyat Afghanistan.
"Negara-negara kuat yang kaya tidak dapat mengabaikan konsekuensi dari keputusan mereka terhadap yang paling rentan," kata Guterres, merujuk pada tindakan Amerika Serikat dan sekutunya mengenai negara Asia Tengah itu.
Afghanistan berada dalam kekacauan sejak Taliban, yang sebelumnya memerintah Afghanistan dari tahun 1996 hingga 2001, mengambil alih kekuasaan lagi pada 15 Agustus tahun lalu dan kemudian mengumumkan pembentukan pemerintahan sementara.
Kebangkitan kelompok itu terjadi di tengah keberangkatan pasukan Amerika yang tergesa-gesa dan kacau dari negara itu.
Amerika Serikat dan sekutunya kemudian sebagian besar menangguhkan bantuan keuangan mereka ke Afghanistan, menambahkan bahan bakar ke krisis pengungsi yang telah secara dramatis mempengaruhi tetangga Afghanistan.
Pemerintahan Presiden AS Joe Biden telah membekukan hampir $9,5 miliar aset milik bank sentral Afghanistan sejak penarikan pasukan pendudukan.
Dana Moneter Internasional (IMF) dan Bank Dunia juga telah menangguhkan kegiatan di Afghanistan, menahan bantuan serta $340 juta dalam cadangan baru yang dikeluarkan oleh IMF. [IT/r]