Komandan senior Iran menyerukan kepada para pejabat Angkatan Udara negara itu lebih waspada dengan plot yang dilancarkan oleh musuh untuk mengumpulkan data intelijen militer dan peralatan negara itu.
"Kekuatan arogan sedang berusaha mengumpulkan data militer Iran dengan bantuan teroris Mujahidin Khalq (MKO juga dikenal dengan MEK, PMOI dan NCR)," kata wakil Komandan Angkatan Udara Brigadir Jenderal Aziz Nasirzadeh kepada Fars News Agency pada Minggu 23/12/12.
"Untuk menghadapi perangkap musuh, kita harus bertindak waspada dan sangat hati-hati, karena kadang-kadang kesalahan terkecil pun mempunyai efek fatal," tambahnya.
Pernyataan Nasirzadeh itu datang setelah AS menghapus MKO dari daftar kelompok teroris yang menurutnya upaya tersebut merupakan trik baru musuh untuk menghancurkan bangsa Iran.
Akhir bulan September 2012, Departemen Luar Negeri AS menghapus organisasi teroris MKO dari daftar organisasi teroris asing. Keputusan yang dibuat oleh mantan Menteri Luar Negeri AS, Hillary Clinton itu memungkinkan kelompok tersebut untuk memiliki aset di bawah yurisdiksi AS dan akan dicairkan untuk melakukan bisnis dengan entitas Amerika, kata Departemen Luar Negeri dalam sebuah pernyataan pada saat itu.
Sebelumnya organisasi MKO dalang pembunuhan dan pemboman di Iran dihapus oleh Uni eropa dari daftar organisasi teroris.
Para pejabat Uni Eropa juga menambahkan bahwa kelompok itu tidak memiliki dukungan publik di dalam Iran karena peran mereka dalam membantu Saddam Hussein dalam perang Irak yang dipaksakan terhadap Iran (1980-1988).
Kelompok teroris MKO yang didirikan pada tahun 1960, berideologi campuran antara unsur-unsur dari Islamisme dan Stalinisme dan berpartisipasi dalam penggulingan Shah yang didukung AS di Iran pada tahun 1979. Namun menjelang revolusi, MKO melakukan serangan dan pembunuhan pada kedua sasaran Iran dan Barat.
Kelompok ini mulai akti melakukan pembunuhan warga dan pejabat setelah revolusi dalam upaya untuk mengambil kendali Republik Islam yang baru didirikan. Mereka membunuh beberapa pemimpin baru Iran pada tahun-tahun awal setelah revolusi, termasuk Presiden Mohammad Ali Rajayee, Perdana Menteri, Mohammad Javad Bahonar dan Kepala Kehakiman, Mohammad Hossein Beheshti yang tewas dalam serangan bom oleh anggota MKO pada tahun 1981.
Kelompok ini kemudian melarikan diri ke Irak pada tahun 1986, dan disana mereka dilindungi oleh Saddam Hussein dan membantu diktator Irak menekan pemberontakan Syiah dan Kurdi Sunni di negara itu.
Kelompok teroris kemudian bergabung dengan tentara Saddam selama perang Irak yang dipaksakan terhadap Iran (1980-1988) dan membantu Saddam menewaskan ribuan warga sipil dan tentara Iran selama perang yang didukung AS itu.
Sejak invasi AS ke Irak tahun 2003, kelompok teroris yang sekarang menganut filosofi pro-pasar bebas, sangat didukung oleh kelompok neo-konservatif di Amerika Serikat yang memaksa pemerintah AS mencabut MKO dari daftar teroris AS.
AS secara resmi menghapus MKO dari daftar organisasi teroris di awal September, satu minggu setelah Menteri Luar Negeri Hillary Clinton mengirimkan ke Kongres AS hasil komunikasi rahasia dengan MKO. Keputusan yang dibuat oleh Clinton memungkinkan kelompok tersebut memiliki aset di bawah yurisdiksi AS dan semua aset yang dibekukan akan dicairkan dan melakukan bisnis dengan entitas Amerika.
Pada bulan September 2012, kelompok terakhir dari teroris MKO meninggalkan Kamp Ashraf, Irak, tempat utama pelatihan militer mereka di provinsi Diyala, Irak. [Islam Times.com' target='_blank'>Islam Times/on]