Rusia: Dukungan Arab dan Eropa pada Oposisi Suriah Tak Bermoral
Story Code : 215252
Perdana Menteri Rusia Dmitry Medvedev mengecam keras Perancis dan negara-negara lain terutama Liga Arab yang mengakui "Koalisi Oposisi Suriah" dan menurutnya hal tersebut tidak dapat diterima.
Inggris dan Perancis bergabung dengan Turki dan negara-negara Arab Peninsula mengakui blok oposisi yang baru terbentuk sebagai satu-satunya wakil rakyat Suriah. Bahkan Paris juga menyarankan mempersenjatai para teroris Al-Qaeda tersebut.
Dalam sebuah wawancara dengan AFP dan Le Figaro menjelang kunjungannya ke Paris mulai Senin ini, 26/11/12, Medvedev menyatakan bahwa "dari sudut pandang hukum internasional, tindakan tersebut benar-benar tidak dapat diterima."
"Sebuah keinginan untuk mengubah rezim politik negara lain dengan mengakui kekuatan politik (oposisi) sebagai satu-satunya pembawa kedaulatan adalah sama sekali tidak bermoral," tambahnya.
PM Rusia lebih lanjut mengatakan: "Biarkan rakyat Suriah memutuskan nasib pribadi Assad dan rezimnya ... adalah lebih baik jika mereka (oposisi) berkuasa secara legal, dan bukan mengirimkan senjata kepada mereka."
Sebelumnya diberitakan, dalam wawancara dengan Press TV, Ahad, 25/11/12, pemimpin baru oposisi Suriah yang didukung Aliansi Poros Setan (Arab Saudi, Qatar, Turki dan AS) adalah anggota Al-Qaeda dan ekskutif perusahaan Shell Oil dan pelobi Royal Dutch Shell, menurut analis politik Griffin Tarpley.
Menurutnya, AS sengaja memasang ketua dewan boneka baru, Koalisi Nasional Suriah untuk Pasukan Revolusioner dan Oposisi (SNCROF), dan Mouaz al-Khatib sebagai ketuanya.
"Dia (Khatib) adalah anggota rahasia Ikhwanul Muslimin yang dikendalikan oleh Arab Saudi, dan dia adalah seorang pengagum bin Laden di awal 90-an," katanya.
"Sebenarnya, al-Khatib adalah eksekutif untuk Shell Oil. Dia pelobi untuk perusahaan Shell Oil dan bukan hanya Shell Oil, namun secara khusus dia adalah pelobi cabang kantor pusat Royal Dutch Shell yang merupakan perusahaan gabungan Inggris-Belanda, katanya.
"Sekarang kita telah memahami bahwa Koalisi Nasional Suriah jauh lebih radikal dari sebelumnya, dan jauh lebih 'al-Qaeda', karena mempunyai tokoh dan ketua seperti ini," kata analis itu. [Islam Times.com' target='_blank'>Islam Times/on]